ON THE (VARIOUS) ASPECTS OF MAKING A LIVING, SUCH AS PROFIT AND THE CRAFTS. THE CONDITIONS THAT OCCUR IN THIS CONNECTION. A NUMBER OF PROBLEMS ARE CONNECTED (WITH THIS SUBJECT)
Berbagai segi dalam membuat suatu keperluan hidup, yakni kekayaan (profit) dan barang kerajinan (craft). Hubungan di antaranya. Sejumlah permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengannya.
Written By: Ibnu Khaldun, Muqaddimah, 1377 CE, Tunisia.
Translated By : Raga
1. The real meaning and explanation of sustenance and profit.
1. Arti dan penjelasan daripada barang yang berguna (sustenance) dan Kekayaan (profit).
Profit is the value realized from human labor.
Kekayaan adalah nilai yang didapat dari tenaga kerja manusia.
IT SHOULD B E KNOWN that man, by nature, needs something to feed him and to provide for him in all the conditions and stages of his life from the time of his (early) growth to his maturity and on to his old age. "God is rich, but you are poor." God created everything in the world for man and gave it to him, as indicated in several verses of the Qur'an. He said: "He created for you everything that is in the heavens and on earth. He subjected the sun and the moon to you. He subjected the sea to you. He subjected the firmament to you. He subjected the animals to you." (The same idea is indicated in) many (other) passages of (the Qur'an), Man's hand stretches out over the (whole) world and all that is in it, since God made man His representative on earth.
Seharusnya diketahui bahwa manusia, secara lumrah, membutuhkan sesuatu untuk makan dan untuk keperluannya dalam semua kondisi dan tingkatan hidupnya dari saat awal pertumbuhannya hingga masa dewasa sampai masa tuanya. “Tuhan itu kaya, sedangkan kamu miskin”. Tuhan membuat segala sesuatu di dunia untuk manusia dan menyerahkannya pada manusia, sebagaimana ditunjukkan dalam beberapa ayat dalam Al quran. Tuhan berfirman, “Ia menciptakan untukmu segala sesuatu yang ada di surga dan di bumi. Ia mempersembahkan matahari dan bulan, lautan, langit dan hewan-hewan untukmu.”. Banyak bagian Quran, tangan manusia menguasai seluruh dunia dan semua yang ada di dalamnya, sebab Tuhan membuat manusia sebagai duta-Nya di muka bumi ini.
Every man tries to get things; in this all men are alike. Thus, whatever is obtained by one is denied to the other, unless he gives something in exchange (for it). When (man) has control of himself and is beyond the stage of (his original) weakness, he strives to make a profit, so that he may spend what God gives him to obtain his needs and necessities through barter. God said: "Thus, ask God for sustenance."
Setiap orang mencoba untuk mendapatkan sesuatu; dalam hal ini semua manusia sama. Dengan demikian, apapun yang diperoleh oleh seseorang, tidak diperoleh oleh orang lain, kecuali ia memberi sesuatu sebagai gantinya. Ketika seseorang mampu mengontrol dirinya dan kelemahannya, ia berjuang membuat kekayaan, sehingga ia boleh menghabiskan apa yang Tuhan berikan padanya untuk memperoleh kebutuhan dan keperluan hidupnya melalui barter. Tuhan berkata: “Mintalah apa yang kau butuhkan pada tuhan”.
(Man) obtains (some profit) through no efforts of his own, as, for instance, through rain that makes the fields thrive, and similar things. However, these things are only contributory. His own efforts must be combined with them, as will be mentioned. (His) profits will constitute his livelihood, if they correspond to his necessities and needs. They will be capital accumulation, if they are greater than (his needs). When the use of such accruing or acquired (gain) reverts to a particular human being and he enjoys its fruits by spending it upon his interests and needs, it is called "sustenance." The Prophet said: "The only thing you (really) possess of your property is what you ate, and have thus destroyed; or what you wore, and have thus worn out; or what you gave as charity, and have thus spent."
Manusia yang memperoleh tidak dengan upayanya sendiri, sebagaimana misal, contoh praktisnya, melalui hujan yang membuat kebun tumbuh subur, dan semisalnya. Bagaimanapun, kekayaan seperti ini hanyalah bantuan saja. Upaya manusia sendiri musti dikombinasikan dengan bantuan tersebut, sebagaimana nanti dibahas. Kekayaan yang diperolehnya akan menopang mata pencahariannya, jika penggunaan tersebut sesuai dengan keperluan dan kebutuhan-kebutuhannya. Kekayaan-kekayaan itu akan tertimbun, apabila lebih banyak daripada apa yang dibutuhkannya. Ketika penggunaan daripada pertambahan atau perolehan seperti itu kembali kepada sebagian manusia dan mereka menikmati hasilnya dengan menghabiskannya untuk keperluan dan kebutuhan-kebutuhannya, maka itu disebut “barang yang berguna”. Rasulullah bersabda: “Sesuatu yang benar-benar kau miliki hanyalah apa yang kau makan, dan itu akan busuk; atau apa yang engkau pakai, dan itu akan usang; atau apa yang kau berikan sebagai sumbangan, dan itu habis”.
When (a person) does not use (his income) for any of his interests and needs, it is not called "sustenance." (The part of the income) that is obtained by a person through his own effort and strength is called "profit." For instance, the estate of a deceased person is called "profit" with reference to the deceased person. It is not called "sustenance," because the deceased person has no use for it: But with reference to the heirs, when they use it, it is called "sustenance."
Ketika seseorang tidak menggunakan penghasilannya untuk apapun, maka itu tidak disebut “barang yang berguna”. Bagian dari pendapatan yang diperoleh oleh seseorang melalui upayanya dan tenaganya sendiri disebut “Kekayaan”. Contoh praktis, Tanah milik orang mati disebut “Kekayaan” yang dimiliki oleh orang mati. Tanah itu tidak disebut “Barang yang berguna”, sebab orang mati tidak menggunakannya: tetapi bagi pewarisnya, ketika mereka menggunakan tanah itu, maka tanah tersebut disebut “Barang yang berguna”.
This is the real meaning of "sustenance" among orthodox Muslims. The Mu'tazilah stipulated for the use of the term "sustenance" that it must be possessed rightfully. Whatever is not possessed (rightfully) is not called "sustenance" by them. Wrongfully acquired property or anything forbidden was not admitted by them as something that could be called "sustenance." Yet, God sustains him who acquires property wrongfully, and also the evildoer, the believer as well as the unbeliever. He singles out whomever He wishes for His mercy and guidance. (The Mu'tazilah) have arguments for their theory of "sustenance." This is not the place to discuss them fully.
Ini adalah maksud sebenarnya dari kata “barang yang berguna” diantara orang muslim ortodoks. Mu’tazilah menetapkan penggunaan istilah “barang yang berguna” sebagai sesuatu yang dimiliki secara sah. Apabila tidak dimiliki secara sah, maka tidak disebut “barang yang berguna” oleh mereka. Kekayaan yang diperoleh dengan cara salah atau cara yang dilarang tidak dimasukkan oleh mereka dalam apa yang dapat disebut “barang yang berguna”. Walaupun, Tuhan membiarkan orang yang memperoleh sesuatu dengan cara salah, demikain pula orang jahat, orang beriman ataupun orang tidak beriman. Tuhan mengaruniai siapapun yang Tuhan kehendaki karena kemurahan hati dan keluasan pengetahuanNya. Mu’tazilah punya argument-argument untuk teori mereka tentang “Barang yang berguna”. Tapi ini bukan tempat untuk mendiskusikannya secara penuh.
It should further be known that profit results from the effort to acquire (things) and the intention to obtain (them). Sustenance requires effort and work, even if one tries to get it and ask for it in the proper ways for getting it. God said: "Thus, ask God for sustenance." The effort to (obtain sustenance) depends on God's determination and inspiration. Everything comes from God. But human labor is necessary for every profit and capital accumulation. When (the source of profit) is work as such, as, for instance, (the exercise of) a craft, this is obvious. When the source of gain is animals, plants, or minerals, (this is not quite as obvious, but) human labor is still necessary, as one can see. Without (human labor), no gain will be obtained, and there will be no useful (result).
Seharusnya kemudian diketahui bahwa kekayaan dihasilkan dari upaya memperoleh sesuatu dan maksud untuk mendapatkannya. Barang yang berguna mensyaratkan upaya dan kerja, bahkan walaupun seseorang mencoba mendapatkannya dan memintanya dalam cara-cara yang halal. Tuhan berfirman, “Mintalah kepada tuhan, apa yang kau butuhkan”. Upaya untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan itu tergantung pada takdir dan kehendak tuhan. Segala sesuatu berasal dari tuhan. Tetapi tenaga manusia perlu untuk setiap keuntungan dan akumulasi kekayaan. Ketika sumber kekayaan adalah pekerjaan, sebagaimana, praktisnya, suatu barang kerajinan, jelas butuh tenaga kerja. Ketika sumber kekayaan adalah binatang, tumbuh-tumbuhan atau mineral, tenaga manusia tetaplah perlu, sebagaimana seseorang bisa saksikan. Tanpa tenaga manusia, tidak ada keuntungan yang akan diperoleh, dan tidak ada kegunaan.
Furthermore, God created the two mineral "stones," gold and silver, as the (measure of) value for all capital accumulations. (Gold and silver are what) the inhabitants of the world, by preference, consider treasure and property (to consist of). Even if, under certain circumstances, other things are acquired, it is only for the purpose of ultimately obtaining (gold and silver). All other things are subject to market fluctuations, from which (gold and silver) are exempt. They are the basis of profit, property, and treasure.
Selanjutnya, Tuhan menciptakan dua mineral “batu”, emas dan perak, sebagai nilai dari semua tumpukan kekayaan. Emas dan perak adalah bagian dari dunia, dipilih, sebagai barang perhiasan (treasure) atau tabungan (property). Bahkan, dalam lingkup tertentu, barang-barang lain diperoleh, hanya dengan tujuan untuk memperoleh emas dan perak. Semua barang-barang lainnya itu adalah bergantung pada fluktuasi pasar, yang mana emas dan perak tidak termasuk. Emas dan perak adalah ukuran dari kekayaan, tabungan dan barang perhiasan.
If all this has been established, it should be further known that the capital a person earns and acquires, if resulting from a craft, is the value realized from his labor. This is the meaning of "acquired (capital)." There is nothing here (originally) except the labor, and (the labor) is not desired by itself as acquired (capital, but the value realized from it).
Jika semua ini ada, seharusnya diketahui bahwa kekayaan yang dihasilkan dan diperoleh seseorang, jika dihasilkan dari suatu barang kerajinan, adalah nilai yang didapat dari tenaga kerja untuk membuat kerajinan itu. Ini lah maksud dari kata “diperoleh”. Tidak ada hal lain di sini kecuali tenaga kerja, dan tenaga kerja tidak diingini oleh dirinya sendiri sebagai “diperoleh”.
Some crafts are partly associated with other (crafts). Carpentry and weaving, for instance, are associated with wood and yarn (and the respective crafts needed for their production). However, in the two crafts (first mentioned), the labor (that goes into them) is more important, and its value is greater.
Barang kerajinan berkaitan dengan barang-barang kerajinan lainnya. Mebeul dan Pakaian, contohnya, berkaitan dengan kayu dan benang. Bagaimanapun, dalam dua hasil kerajinan tangan (pakaian dan benang), tenaga kerja adalah lebih penting dan nilainya lebih tinggi.
If the profit results from something other than a craft, the value of the resulting profit and acquired (capital) must (also) include the value of the labor by which it was obtained. Without labor, it would not have been acquired.
Jika kekayaan berasal dari sesuatu selain barang kerajinan tangan, nilai dari kekayan dan yang diperoleh juga termasuk nilai tenaga kerja dengan mana kekayaan itu diperoleh. Tanpa tenaga kerja, tidak akan ada yang diperoleh.
In most such cases, the share of labor (in the profit) is obvious. A portion of the value, whether large or small, comes from (the labor). The share of labor may be concealed. This is the case, for instance, with the prices of foodstuffs. The labor and expenditures that have gone into them show themselves in the price of grain, as we have stated before. But they are concealed (items) in regions where farming requires little care and few implements. Thus, only a few farmers are conscious of the (costs of labor and expenditures that have gone into their products).
Dalam banyak kasus, bagian tenaga kerja adalah jelas. Porsi dari nilai, apakah besar atau kecil, berasal dari Tenaga kerja. Bagian dari tenaga kerja bisa jadi tersembunyi. Ini adalah suatu kasus seperti, contohnya, dengan harga-harga bahan makanan. Tenaga kerja dan pengeluaran lain yang ada di dalamnya menunjukkan diri mereka sendiri di dalam harga gabah, sebagaimana kita nyatakan sebelumnya. Tetapi mereka tersembunyi di daerah-daerah dimana pertanian kurang mendapat perhatian dan sedikit diterapkan. Dengan demikian, hanya beberapa petani saja yang menyadari biaya tenaga kerja dan pengeluaran yang terdapat dalam produk-produk mereka.
It has thus become clear that gains and profits, in their entirety or for the most part, are value realized from human labor. The meaning of the word "sustenance" has become clear. It is (the part of the profit) that is utilized. Thus, the meaning of the words "profit" and "sustenance" has become clear. The meaning of both words has been explained.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa perolehan dan kekayaan, didalamnya atau sebagian besarnya, adalah nilai yang didapatkan dari tenaga kerja manusia. Maksud dari kata “Barang yang berguna” jadi jelas. Ia adalah bagian dari kekayaan yang dipergunakan. Dengan demikian, maksud dari kata “kekayaan” dan “barang yang berguna” jadi jelas. Maksud dari kedua kata tersebut telah dijelaskan.
It should be known that when the (available) labor is all gone or decreases because of a decrease in civilization, God permits profits to be abolished. Cities with few inhabitants can be observed to offer little sustenance and profit, or none whatever, because little human labor (is available). Likewise, in cities with a larger (supply of) labor, the inhabitants enjoy more favorable conditions and have more luxuries, as we have stated before.
Seharusnya diketahui pula bahwa ketika tenaga kerja semua pergi atau berkurang karena suatu penurunan jumlah penduduk dalam masyarakat, Tuhan mengizinkan kekayaan menjadi sirna. Kota-kota dengan beberapa penduduk yang dapat diamati menghasilkan barang yang berguna dan kekayaan yang kecil, atau bahkan tidak ada sama sekali, karena sedikit tenaga kerjanya. Sebaliknya, di kota-kota dengan tenaga kerja yang besar, penduduknya menikmati lebih banyak kondisi yang nyaman dan memiliki lebih banyak kemewahan, sebagaimana kita nyatakan sebelumnya.
This is why the common people say that, with the decrease of its civilization, the sustenance of a country disappears. This goes so far that even the flow of springs and rivers stops in waste areas. Springs flow only if they are dug out and the water drawn. This requires human labor. (The conditions) may be compared with the udders of animals. Springs that are not dug out and from which no water is drawn are absorbed and disappear in the ground completely. In the same way, udders dry up when they are not milked. This can be observed in countries where springs existed in the days of their civilization. Then, they fell into ruins, and the water of the springs disappeared completely in the ground, as if it had never existed.
God determines night and day.
Ini lah kenapa orang pada umumnya mengatakan bahwa, dengan pengurangan masyarakat, barang yang berguna milik suatu negara melenyap. Bahkan lebih jauh lagi bahwa aliran mata air dan sungai berhenti di daerah-daerah yang kosong. Mata-mata air hanya ada ketika digali dan air disedot. Ini mensyaratkan tenaga kerja manusia. Kondisi-kondisi tersebut dapat dibandingkan dengan kambing. Mata air yang tidak digali dan air yang keluar meresap dan lenyap di dalam tanah secara keseluruhan. Dengan cara yang sama, kambing-kambing mengering ketika mereka tidak diperah. Ini dapat diamati di negara-negara dimana mata air ada pada sehari-hari masyarakat. Kemudian, peradaban mereka runtuh, dan mata-mata air tersebut lenyap ke dalam tanah, seakan tak pernah ada.
Ini lah kenapa orang pada umumnya mengatakan bahwa, dengan pengurangan masyarakat, barang yang berguna milik suatu negara melenyap. Bahkan lebih jauh lagi bahwa aliran mata air dan sungai berhenti di daerah-daerah yang kosong. Mata-mata air hanya ada ketika digali dan air disedot. Ini mensyaratkan tenaga kerja manusia. Kondisi-kondisi tersebut dapat dibandingkan dengan kambing. Mata air yang tidak digali dan air yang keluar meresap dan lenyap di dalam tanah secara keseluruhan. Dengan cara yang sama, kambing-kambing mengering ketika mereka tidak diperah. Ini dapat diamati di negara-negara dimana mata air ada pada sehari-hari masyarakat. Kemudian, peradaban mereka runtuh, dan mata-mata air tersebut lenyap ke dalam tanah, seakan tak pernah ada.
Tuhan menetapkan malam dan menetapkan siang.
No comments:
Post a Comment