Berita mengenai penemuan partikel yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya akhir-akhir ini santer dibicarakan. Dimulai dari percobaan dan temuan di Inggris, dan dilanjutkan di seluruh dunia untuk memantapkan percobaan dan temuan tersebut. Apabila percobaan secara internasional menghasilkan temuan yang sama, maka babak baru fisika dimulai. Yakni babak jatuhnya teori Relativitas Einstein.
Beberapa bantahan dilayangkan terhadap penemuan tersebut. Namun Tulisan kita sekarang ini, tidak mencoba membenarkan, menyalahkan atau mengkoreksi berita tersebut. Tulisan ini sekedar ingin menghitung, berapa kecepatan Bouraq, berdasarkan keterangan-keterangan di dalam Kitab Suci Agama Islam, dan metode perhitungan sederhana.
Bouraq adalah kendaraan yang digunakan oleh Nabi Muhammad ketika peristiwa Isra Mi’raj. Mungkin saja nama kendaraan itu tidak demikian, tapi nama itu cukup populer di masyarakat islam melalui keterangan berbagai Hadits. Jadi tidak perlu diperdebatkan di sini.
Adapun Peristiwa Isra Mi’raj dapat dipelajari pada Surah Israa ayat 1 dan Surah An Najm ayat 13-18. Dengan beberapa keterangan dari Hadits, baik Bukhari dan Muslim, juga dapat ditemukan. Tapi di sini kita ambil kesimpulan yang populer saja, yang berhubungan dengan kecepatan Bouraq.
Tapi sebelum membahas tentang Isra Mi’raj, kita perlu mempelajari tentang Jarak dari tempat Tuhan di langit, ke Bumi. Berapa Jaraknya? Jangan menyangka saya mengarang. Alquran sendiri memberi petunjuk mengenai jarak tersebut. Apabila berkenan, silahkan dibaca lebih lanjut.
AYAT TENTANG TEMPAT TUHAN BERADA
Dimanakah Tuhan berada? Itu adalah pertanyaan yang sangat ingin diketahui oleh orang-orang yang rasa ingin tahunya besar.
Alkisah, Nabi Ibrahim, yang hidup ribuan tahun yang lalu, juga pernah menanyakan hal yang serupa. Ia mencari-cari Tuhan di bumi dan di langit. Tapi apa yang ditemukannya di bumi bukanlah Tuhan, dan apa yang ditemukannya di langit juga bukan Tuhan. Untung saja ia adalah Nabi, sehingga Tuhan sendirilah yang membuat Ibrahim menemukanNya.
Dikisahkan juga bahwa Nabi musa pun ingin tahu dimana Tuhan. Nabi musa ingin melihatnya. Untung saja musa dipilih sebagai Nabi, sehingga Tuhan membuat ia yakin tentang keberadaanNya.
Bahkan, Nabi Terakhir, yakni Nabi Muhammad, dibawa langsung ke Langit untuk bertemu Tuhan, dalam peristiwa yang dikenal dengan istilah Isra Mi’raj (Night Travelling).
Bagaimana dengan kita? Kita adalah manusia biasa, bagaimanakah caranya kita mengetahui keberadaan Tuhan? Bukankah kita tidak memilki keistimewaan apa-apa? Bukankah kita tidak dapat berinteraksi dengan Tuhan secara langsung seperti para nabi? Dimanakah Tuhan? Dimana?
Tidak perlu khawatir. Tuhan memang tidak menjadikan kita sebagai Nabi atau orang pilihanNya, tapi Tuhan memberikan kepada kita Kitab Suci. Para Nabi meyakini Tuhan secara langsung, sebab mereka berinteraksi langsung denganNya. Sementara kita dapat meyakini Tuhan secara tidak langsung, yakni melalui Kitab Suci yang dibawa oleh para Nabi tersebut.
Oleh karena itu, Tuhan memberi kita kabar di dalam Kitab Suci, tentang keberadaannya. Kabar apa? Kabar bahwa Tuhan berada di langit, jaraknya dari bumi sekitar 1000 tahun cahaya (TC). Itu berarti, dengan kendaraan secepat cahaya, kita membutuhkan waktu 1000 tahun untuk sampai ke tempat Tuhan tersebut.
Kesimpulan ini didapat dari Ayat ke-5 pada Surah Sajadah di dalam Kitab Suci Alquran di bawah ini:
5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Maksud yang umum dari “Urusan itu naik kepadanya” adalah berita mengenai urusan tersebut. Umum juga dipercaya bahwa Berita tersebut dibawa oleh malaikat dan Malaikat diketahui terbuat dari cahaya. Dengan demikian, Berita tersebut dibawa dengan kecepatan Cahaya, yakni sekitar 300 ribu kilo meter per detik, dan menempuh perjalanan selama 1000 tahun menurut perhitungan manusia di bumi.
Jika benar demikian, berarti Berita itu menempuh jarak yang sangat jauh sekali. Bayangkan, dengan kecepatan cahaya saja, kita butuh waktu 1000 tahun. Bagaimana kalau jalan kaki?
Secara lebih detail, kita dapat menghitung jarak itu sebagai berikut:
Kecepatan Cahaya (C), menurut standar Amerika (US National Bureau of Standars) adalah : 299792.4574 Km/det. (Baca: Dua Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Dua Koma Empat Lima Tujuh Empat Kilo Meter Per Detik). Tapi mari kita ambil pendekatan saja untuk memudahkan perhitungan, yakni 300000 Km/detik (Baca: Tiga Ratus Ribu Kilo Meter Per Detik).
Adapun waktu tempuh (T) 1000 Tahun apabila kita koversi ke detik, maka sama dengan kurang lebih 31536000000 detik. (Baca: Tiga Puluh Satu Milyar Tiga Lima Ratus Tiga Puluh enam Juta detik). Selanjutnya dengan mengalikan Kecepatan cahaya dengan waktu tempuh ini, kita dapatkan:
C x T = 300000 x 31536000000 = 9460800000000000 Km = 9460,8 Trilyun Km.
Baca : Sembilan Ribu Empat Ratus Enam Puluh Koma Delapan Trilyun Kilo Meter.
Jadi, Tuhan berada di suatu tempat di langit, yang jaraknya sekitar 9460,8 Trilyun Km dari bumi.
Perlu ditegaskan di sini bahwa kata “tempat” tidak harus berdimensi tiga. Tapi bisa pula berdimensi empat, lima atau berapapun. Dalam artian ini, itu bisa saja alam nyata atau alam gaib. Sebagaimana Tubuh kita yang materil ini juga dianggap saling terhubung dengan Ruh, substansi yang non materil alias gaib. Apapun makna tempat itu, nyata atau gaib, atau saling terhubung, namun hal yang jelas ialah bahwa termpat tersebut berada di langit dan jaraknya 1000 tahun cahaya dari bumi sesuai firman Tuhan di atas.
Pandangan modern juga tidak mempermasalahkan apakah suatu tempat di dunia ini tiga dimensi atau empat atau lima dan seterusnya. Sebab secara topologi, alam dua dimensi, tiga dimensi atau yang berdimensi tinggi itu dapat saling terhubung (connected).
Jadi kita tidak menafsirkan atau mengarang apapun tentang “tempat” dalam ayat-ayat Tuhan ini, selain mencoba menghitung jaraknya dari Bumi. Menghitung adalah sesuatu yang diperbolehkan, sesuai pula dengan firman Tuhan di atas: “Menurut perhitunganmu”.
Oleh karena itu tidak ada yang perlu diperdebatkan dalam hal “tempat” Tuhan ini. Apabila ini sudah cukup dimengerti dan dapat diterima, maka kita bisa membahas kecepatan Bouraq.
ISRA MI’RAJ (THE NIGHT JOURNEY)
Dalam peristiwa Isra Mi’raj, populer bahwa nabi Muhammad bersama Malaikat Jibril, naik ke langit (masjid terjauh atau Masjid Al-aqsa) dan kembali ke bumi (mekkah), dalam satu malam. Menggunakan kendaraan yang bergerak dengan kecepatan tinggi, yang populer disebut Bouraq.
Malaikat saja, butuh waktu 1000 tahun untuk mencapai Tempat Kediaman Tuhan itu. Namun dengan bantuan kendaraan Bouraq, Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril bisa menempuh jarak itu bolak-balik, hanya dalam waktu satu malam. Itu berarti, hanya dalam waktu seperempat hari alias 21600 detik. Berarti berapa kecepatan Bouraq itu? Mari kita hitung.
Kita telah hitung bahwa jarak dari Bumi ke tempat Tuhan (S) adalah 9460.8 Trilyun Km. Kita juga telah hitung waktu tempuh Bouraq (T) adalah 21600 detik. Berarti, dengan membagi jarak tempuh dengan waktu tempuh, kita dapatkan kecepatannya (V) sebagai berikut:
V = S/T
V = 9460.8 Trilyun Km / 21600 = 0.4 Trilyun Km/detik = 400 Milyar Km/detik.
Baca: Empat Ratus Milyar Kilo Meter Per Detik.
Itu sangat cepat. Sementara kecepatan cahaya hanya sekitar 300 Ribu Km/detik. Dengan demikian, Bouraq itu sekitar satu juta kali lebih cepat daripada Cahaya.
Sebagai catatan akhir, perlu disampaikan bahwa tentu saja Tuhan dapat secara langsung memindahkan Nabi Muhammad dari bumi ke langit tanpa jeda waktu sedikitpun. Tapi sudah tentu pula, dalam segala Tindakan yang Tuhan lakukan ada manfaatnya bagi manusia. Seperti dalam peristiwa isra Mi’raj ini, kita bisa mendapatkan pelajaran mengenai Bouraq, Space Travel, dan sekaligus belajar berhitung.
Selain itu, apabila saya salah interpretasi tentang Bouraq ini, tolong diluruskan. Di lain kesempatan tentu akan saya perbaiki pula. Demikianlah, segala interpretasi dan perhitungan yang sempurna adalah milik yang sempurna. (/RC)
No comments:
Post a Comment