Saturday, July 21, 2012

PENCERAMAH INTERNASIONAL DI KABUPATEN TANA TIDUNG (Resume)


Kultum Tarawih Ramadhan 1434 H (1)

Lokasi  : Masjid Fastabiqul Khairat, Tideng Pale, Kabupaten

Tana Tidung, Kal-Tim. 

Penceramah: Harun Yatim

Tema: Ramadhan 

Posisi Brunei di barat daya pulau kalimantan

Ustad Haji Harun Yatim namanya. Penceramah ini berusia kurang lebih 60 tahun, berwajah jenaka menyampaikan kultumnya dengan dihiasi banyak pantun dan bahasa melayu. 

Gaya berpantun dalam ceramah, merupakan suatu yang jarang kami temui di Indonesia luar kalimantan atau sumatera, dan memang ternyata penceramah ini berasal dari luar negeri yakni Brunei Darussalam.

Pada lebaran aidil adha tahun 2005, yang diselenggarakan duta besar indonesia di brunei darussalam, Ustad Haji Harun Yatim menjadi penceramah (khotib). Ini kutipan beritanya: 

Around 600 Indonesians residing in the Sultanate yesterday joined the Embassy of the Republic of Indonesia in the celebration of Hari Raya Aidil Adha, or the Feast of Sacrifice, at the embassy's premises in Kampung Sungai Hanching.

Walau begitu bahasanya adalah bahasa melayu yang sangat dekat dengan bahasa Indonesia sehingga jamaah sholat tarawih di kabupaten tana tidung, yang sebagian besar etnis tidung, dapat menikmati kultum yang ia sampaikan. Apalagi beliau dengan lancar melantunkan ayat-ayat quran dan jenaka menyampaikan ceramah.

Ketika membahas makna masjid, maka Penceramah mengutip hadits yang mengatakan bahwa orang mukmin, bila ada di mesjid, seperti ikan di dalam air: Betah. Sebaliknya orang kafir, di dalam mesjid, seperti burung dalam sangkar, melompat ke sana kemari ingin dibebaskan: tidak betah.

"Jadi kalau masjidnya nanti sepi, berarti..." guraunya langsung disambut tawa jamaah.  

Penceramah juga menambahkan kata masjid berasal dari huruf arab mim, sin, jim, dan dal. Ia meneruskan, mim singkatan dari maqomun yang artinya tempat, sin singkatan dari sabiilun, yang artinya jalan, jim dari jannatun  yang artinya surga dan dal singkatan dari (penulis lupa). Pendek kata, masjidun maknanya adalah "tempat berjalan menuju surga".  

Mungkin karena teringat dengan huruf jim di situ, penceramah juga langsung menyinggung soal makna simbolis dari tiga huruf jim. 
“Ada Tiga jim, mohon perhatikan” kata beliau dengan jenakanya. “Jim pertama singkatan dari Jasadun, yang artinya tubuh. Jim kedua singkatan dari Jannatun, surga. Jim ketiga dari Jahannam, neraka. Bila jasad ini baik, tidak suka mencuri, merampok dan melakukan keburukan lainnya, maka ia akan masuk di jim kedua, jannatun. Bila ia gemar melakukan keburukan maka ia akan dicampakkan dalam jim yang ketiga, jahanam, Neraka.” 

Penceramah melanjutkan tentang Ramadhan, ia memberitahu makna kata Ramadhan. Ramadhan berasal dari kata Ramida, yang artinya membakar. Beliau lalu menjelaskan, “Membakar apa? Membakar dosa. Tuhan memberikan satu bulan khusus untuk menghapuskan dosa kita sebelas bulan yang lalu”. 

Terakhir beliau menyampaikan bahwa Puasa adalah ibadah rahasia. “Setelah selesai berpuasa dan ditempel dengan prangko zakat fitrah, maka pahalanya terbang ke langit” ujarnya lagi dengan mimik yang tetap lucu. Secara simbolik ia juga menyampaikan bahwa Kelak di hari akhir, mereka yang ahli puasa akan diberi sayap sehingga bisa terbang dan masuk surga secara rahasia pula, secara khusus. Sementara yang tidak ahli puasa, maka akan berjalan kaki dan melewati berbagai halangan.

Demikianlah inti sari kultum Ramadhan ini, kurang lebihnya penulis haturkan maaf. Dari kultum ini penulis merasa dapat tiga hal pelajaran penting:

1. Penduduk brunei darussalam sangat dekat dengan penduduk Kabupaten Tana tidung dalam hal etnisnya. Jika tidak demikian ,tentulah sulit mendatangkan penceramah dari negara kaya penghasil minyak tersebut.
2. Islam di brunei tampaknya menyatu dengan budaya melayu, yang merupakan budaya tutur (melalui pantun dan sajak) serta gemar dengan simbolisme, yang merupakan ciri melayu.
3. Ramadhan ternyata arti kata-nya (leksikal) adalah membakar.


No comments: