Illustrasi : Adam dan Hawa baru sampai di bumi |
Ada suatu masa di mana kehadiran orang lain betapa penting; saat sendiri dan tak lagi menemukan ruang untuk berbagi. Seperti kisah Adam saat ia hidup sebatang kara. Semula, Allah menciptakan Adam seorang diri dan menempatkannya di surga. Tapi, hidup sendiri dan tak memiliki teman setelah begitu lama tinggal di surga membuat Adam kesepian. Allah tahu kegelisahan di hati Adam, dan ia pun lalu menciptakan Hawa. Kehadiran Hawa tentu saja membuat Adam riang gembira.
Allah menganugerahi Adam dan Hawa rumah istimewa nan indah di surga. Hal itu disampaikan Allah kepada Adam, “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (al baqarah: 35)
Adam mendapat kemuliaan di sisi Allah sebagai makhluk yang lebih mulia dibanding malaikat dan Iblis. Ia diberi tempat tinggal di surga, tempat dimana segala keindahannya tak terbayangkan dan tak tercecap pikiran manusia di bumi.
Kemuliaan yang diberikan Allah itulah yang kemudian mengundang Iblis iri hati serta ditikam dengki. Iblis dendam kepada Adam. Karena itu, ia pun berusaha memperdaya Adam, bahkan ingin mengeluarkan Adam dari surga. Maka, Iblis pun berusaha membujuk Adam dan Hawa.
Kemuliaan yang diberikan Allah itulah yang kemudian mengundang Iblis iri hati serta ditikam dengki. Iblis dendam kepada Adam. Karena itu, ia pun berusaha memperdaya Adam, bahkan ingin mengeluarkan Adam dari surga. Maka, Iblis pun berusaha membujuk Adam dan Hawa.
“apakah kalian sudah melihat pohon di surga ini?” tanya Iblis.
“ya, kami telah melihat dan memakan buah-buahan yang ada di surga..” jawab Adam.
“itu semua tak berguna sebelum engkau memakan buah-buahan dari pohon abadi. Karena seseungguhnya, pohon tersebut bisa memberikan kehidupan abadi. Saat kalian memakan buahnya, maka kalian akan seperti dua malaikat yang ada di surga”.
“Adam, mari kita memakan buah-buhan dari pohon abadi itu!” rajuk Hawa.
“Hawa, Allah telah melarang kita untuk mendekati pohon itu, “tukas Adam.
Tetapi Iblis tidak mau kalah, lalu berdalih,
“Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)” (Qs. Alaraf: 20)
“Aku tidak akan melanggar petunjuk tuhanku!” tegas Adam menguatkan diri.
“ayolah, mari aku antar kalian ke pohon itu, yang ada di tengah surga ini,” bujuk Iblis.
Iblis pun pergi, lalu diikuti Adam dan Hawa. Iblis berjalan dengan angkuh. Setiba di dekat pohon itu, Iblis berkata, “inilah pohonnya. Alangkah indahnya! Alangkah enak dan nikmatnya buah pohon ini!”.
Adam dan Hawa melihat buah pohon itu dengan perasaan seperti ditikam ssebuah pesona yang tidak bisa dihalau.
"Kenapa kalian tidak segera memakan buah-buahan dari pohon itu?aku bersumpah demi Allah, aku sarankan kalian memakannya, “ kata Iblis seraya bersumpah pada Adam dan Hawa bahwa ia hanya ingin menawarkan kebaikan dan memberikan keabadian pada mereka.
Saat Itu, Adam lupa pada petunjuk Allah. Adam tergoda, dia tidak mematuhi larangan Allah tersebut sebagaimana firman Allah pada Adam, “ Dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini.” ( Qs. Al-a’raf: 19)
Hawa mengulurkan tangan, mengambil buah dari pohon itu. Lalu memakannya dan memberikan buah dari pohon tersebut pada Adam. Adam lupa dan ikut memakan buah pohon tersebut. Tentu Iblis senang gembira karena ia telah berhasil memperdaya Adam dan Hawa.
Turun ke bumi
Setelah Adam dan Hawa memakan buah dari pohon tersebut, sebuah peristiwa yang menakjubkan terjadi. Tiba-tiba Adam dan Hawa menjadi telanjang, dan keduanya bisa melihat aurat masing-masing. Adam dan Hawa merasa menyesal dan malu. Mereka menutupi aurat mereka dengan daun. Di samping itu, Adam dan Hawa merasa berdosa karena tak mengikuti perintah Allah dan mengikuti ajakan Iblis, padahal Iblis kemudian meninggalkan keduanya dalam sebuah kedukaan.
Peristiwa itu sebagaimana diceritakan Allah dalam alquran. “Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga” (Qs. Thaha:121).
Sedang dalam surat yang lain ditegaskan, “…ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya” (Qs. Al-araf:27)
Kejadian itu juga terkam dalam firman Allah, “tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian tuhan mereka menyeru pada mereka: ‘bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan pAdamu: sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua’”. (Qs. Alaraf: 23).
Adam dan Hawa menangis atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Keduanya menyesal karena terbujuk rayuan Iblis. Keduanya lantas sujud di hadapan Allah dengan penuh penyesalan, “Ya tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (Qs. Alaraf:23).
Penyesalan dan permohonan ampunan yang diucapkan Adam dan Hawa itu tidak lah sia-sia. Allah memberikan rahmat-Nya pada Adam dan Hawa. Allah memaafkan dosa-dosa Adam dan Hawa. Meski Adam dan Hawa telah melanggar perintah Allah karena memakan buah dari pohon itu, mereka berdua akhirnya harus menelan pil pahit meninggalkan surga untuk menyucikan dosa-dosa mereka.
Hal itu seperti ditegaskan oleh Allah dalam alquran, “turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan” (Qs. Alaraf: 24).
Hal itu seperti ditegaskan oleh Allah dalam alquran, “turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan” (Qs. Alaraf: 24).
Dalam ayat lain, Allah berfirman…” turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang ain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” (Qs. Albaqarah: 36).
Sumber: Majalah “Hidayah”. Edisi 98. Oktober 2009
No comments:
Post a Comment