Thursday, November 27, 2014

Seminar Pendidikan Alternatif Kabupaten Tana Tidung 2014: Pentingnya Mencetak Penulis-penulis muda


   


“Bacalah, dengan nama tuhanmu yang maha pemurah yang mengajar manusia melalui Pena dan tulisan” (Al-quran, Surah Al-alaq, 96:3-4).
“Pengkotbah berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran secara jujur” (Injil, Pengkotbah 12:10)

Diselenggarakannya masyarakat ekonomi asean (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 yang akan datang menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia. 

Sementara itu kita memiliki hambatan yang besar, yakni daya saing sumber daya manusia kita masih jauh dari memadai. Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sekarang) mencatat bahwa dari segi kualitas sumber daya manusia (SDM), penduduk Indonesia menempati urutan belakang, yakni ke 124 dari 187 negara[1]. Dari sisi ketersediaan Pengusaha lokal pun jumlahnya hanya 0.24% dari populasi Indonesia.  Sementara  Amerika Serikat memiliki jumlah pengusaha mencapai 12% dari populasinya, Singapura 7 %, China dan jepang 10%, India 7% dan Malaysia, tetangga kita, sudah 3%.[2]

Rendahnya daya saing itu tentunya terkait dengan kualitas Pendidikan Indonesia. Tingkat melek huruf dan minat baca rakyat Indonesia selalu berada jauh di urutan belakang. United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2003 mengungkap bahwa angka melek huruf (Literacy Rate) rakyat Indonesia masih berada di urutan ke -112 di antara 174 negara. Pada tahun 2005, posisinya malah menurun ke urutan 117 dari 177 negara. Pada tahun 2012, turun lagi ke urutan 121 dari 186 negara.[3] 

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) merilis hasil survey minat baca (Indeks of Reading) pada tahun 2012 bahwa hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang gemar membaca.[4] 

Hasil penelitian International Associations for Evaluation of Educational Achievment (IAEEA) tahun 1992 menyebutkan minat baca Indonesia berada pada urutan ke 29 dari 30 negara. Pada tahun 1996, berada pada urutan 41 dari 49 negara. Pada tahun 1998-2001, berada pada urutan terakhir dari 35 negara. Pada tahun 2007, dari 41 negara, Indonesia setingkat dengan negara terbelakang Selandia baru dan Afrika selatan. [5]

Melihat data-data itu, kita bisa menarik kesimpulan bahwa upaya untuk meningkatkan daya saing dalam Masyarakat Ekonomi Asean kelak tidak dapat lepas dari meningkatkan minat baca Bangsa kita. Salah satu cara meningkatkan minat baca secara efektif adalah meningkatkan kemampuan menulis. Banyak Penelitian yang telah membuktikan pengaruh positif menulis atas minat baca, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Mary Beth Culp dan Sylvia Spann (1975)[6] dan Judith A. Langer (2000)[7]. Kemampuan menulis atau peningkatan minat baca melalui program mencetak Penulis-Penulis Muda seharusnya mulai menjadi suatu hal yang penting dalam kurikulum Pendidikan Nasional di Indonesia.  

Kita sebagai anak bangsa Indonesia yang tinggal di Kalimantan Utara atau tepatnya di Kabupaten Tana Tidung dapat memperjuangkan itu bersama-sama. Perhatian yang cukup besar dari pemerintah dan masyarakat Kabupaten Tana Tidung di bidang pendidikan menciptakan potensi dan membuka peluang untuk mewujudkannya. 

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (BPS KTT) tahun 2013 memaparkan bahwa Pada Tahun Ajaran 2013/2014 gedung sekolah di Kabupaten Tana Tidung berjumlah 38 buah sekolah dengan 3.434 peserta didik yang sedang bersekolah. BPS KTT juga menyebutkan bahwa Sekolah-sekolah Unggulan Terintegrasi telah dibangun dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Tidak lama lagi Program-Program Unggulan tentunya akan diterapkan terhadap ribuan peserta didik tersebut dimana Program Pengembangan Kemampuan Menulis dapat disertakan di dalamnya.

Berdasarkan tantangan, hambatan, potensi dan peluang di atas, maka Forum Intelektual Kalimantan Utara (FIKR) berniat mengadakan Seminar Pendidikan alternatif  dengan tema “Pentingnya Mencetak Penulis-penulis Muda” di Gedung Pendopo Djaparuddin, Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung pada Tanggal 6 Desember 2014 yang akan datang. 

Adapun pembicara yang akan kami undang adalah Eko Prasetyo, S.H., Seorang penulis produktif muda dan menaruh perhatian besar pada dunia pendidikan kita. Salah satu tulisannya yang berisi kritik membangun adalah berjudul “Orang Miskin dilarang Sekolah”. Keberpihakannya pada dunia pendidikan dan produktifitasnya dalam menulis itu amatlah cocok dengan tema seminar. 

Seminar ini juga disemangati oleh Hari Pahlawan dan Hari Guru yang belum lama berlalu sehingga kami berharap seminar ini dapat berjalan lancar dan mendapat dukungan dari semua pihak di Bumi Upun Taka ini.   (FIKR)




[1] Baswedan, A. (2013, 28 November). VIP-kan Guru-guru kita. http://aniesbaswedan.com/tulisan/VIP-kan-Guru-guru-Kita
[2] Ciputra News. (2014,3 Juni). Butuh 48 Juta wirausaha untuk memajukan ekonomi Indonesia. http://www.ciputraentrepreneurship.com/ce-news/butuh-48-juta-wirausaha-untuk-memajukan-ekonomi-indonesia.
[3] United Nations Development Programme (2003).Human Development Report 2003. http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/264/hdr_2003_en_complete.pdf
[4] Yusuf, E. Minat Baca masyarakat Indonesia masih rendah. Koran Republika. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/02/mvmvq4-perpusnas-minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-rendah
[5] Hentasmaka,D. (2011, 19 mei). Meningkatkan minat baca di kalangan Siswa. http://www.infodiknas.com/meningkatkan-minat-baca-di-kalangan-siswa.html
[6] Culp, M.B. dan Spann, S. (1975). Influence of writing on Reading. https://journals.iupui.edu/index.php/teachingwriting/article/download/769/741
[7] Langer, J.A.(2000). Writing and reading relationship: Constructive Tasks. http://www.albany.edu/cela/publication/article/writeread.htm

No comments: