“Bacalah,
dengan nama tuhanmu yang maha pemurah yang mengajar manusia melalui Pena dan
tulisan” (Al-quran, Surah Al-alaq, 96:3-4).
“Pengkotbah
berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran
secara jujur” (Injil, Pengkotbah 12:10)
Diselenggarakannya
masyarakat ekonomi asean (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 yang akan datang
menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu kita memiliki
hambatan yang besar, yakni daya saing sumber daya manusia kita masih jauh dari
memadai. Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sekarang) mencatat
bahwa dari segi kualitas sumber daya manusia (SDM), penduduk Indonesia
menempati urutan belakang, yakni ke 124 dari 187 negara[1]. Dari sisi ketersediaan Pengusaha lokal pun
jumlahnya hanya 0.24% dari populasi Indonesia. Sementara Amerika Serikat memiliki jumlah pengusaha mencapai
12% dari populasinya, Singapura 7 %, China dan jepang 10%, India 7% dan
Malaysia, tetangga kita, sudah 3%.[2]
Rendahnya daya saing
itu tentunya terkait dengan kualitas Pendidikan Indonesia. Tingkat melek huruf
dan minat baca rakyat Indonesia selalu berada jauh di urutan belakang. United
Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2003 mengungkap bahwa angka
melek huruf (Literacy Rate) rakyat
Indonesia masih berada di urutan ke -112 di antara 174 negara. Pada tahun 2005,
posisinya malah menurun ke urutan 117 dari 177 negara. Pada tahun 2012, turun
lagi ke urutan 121 dari 186 negara.[3]
United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) merilis
hasil survey minat baca (Indeks of Reading) pada tahun 2012 bahwa hanya 1 dari
1000 orang Indonesia yang gemar membaca.[4]
Hasil
penelitian International Associations for Evaluation of Educational Achievment
(IAEEA) tahun 1992 menyebutkan minat baca Indonesia berada pada urutan ke 29
dari 30 negara. Pada tahun 1996, berada pada urutan 41 dari 49 negara. Pada
tahun 1998-2001, berada pada urutan terakhir dari 35 negara. Pada tahun 2007,
dari 41 negara, Indonesia setingkat dengan negara terbelakang Selandia baru dan
Afrika selatan. [5]
Melihat data-data
itu, kita bisa menarik kesimpulan bahwa upaya untuk meningkatkan daya saing dalam
Masyarakat Ekonomi Asean kelak tidak dapat lepas dari meningkatkan minat baca
Bangsa kita. Salah satu cara meningkatkan minat baca secara efektif adalah
meningkatkan kemampuan menulis. Banyak Penelitian yang telah membuktikan
pengaruh positif menulis atas minat baca, antara lain penelitian yang dilakukan
oleh Mary Beth Culp dan Sylvia Spann (1975)[6] dan
Judith A. Langer (2000)[7]. Kemampuan
menulis atau peningkatan minat baca melalui program mencetak Penulis-Penulis Muda
seharusnya mulai menjadi suatu hal yang penting dalam kurikulum Pendidikan
Nasional di Indonesia.
Kita sebagai anak
bangsa Indonesia yang tinggal di Kalimantan Utara atau tepatnya di Kabupaten Tana Tidung dapat memperjuangkan itu bersama-sama. Perhatian yang cukup besar dari pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Tana Tidung di bidang pendidikan menciptakan potensi dan membuka
peluang untuk mewujudkannya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (BPS
KTT) tahun 2013 memaparkan bahwa Pada Tahun Ajaran 2013/2014 gedung sekolah di
Kabupaten Tana Tidung berjumlah 38 buah sekolah dengan 3.434 peserta didik yang
sedang bersekolah. BPS KTT juga menyebutkan bahwa Sekolah-sekolah Unggulan Terintegrasi
telah dibangun dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Tidak
lama lagi Program-Program Unggulan tentunya akan diterapkan terhadap ribuan
peserta didik tersebut dimana Program Pengembangan Kemampuan Menulis dapat
disertakan di dalamnya.
Berdasarkan
tantangan, hambatan, potensi dan peluang di atas, maka Forum Intelektual Kalimantan Utara (FIKR) berniat mengadakan Seminar
Pendidikan alternatif dengan tema
“Pentingnya Mencetak Penulis-penulis Muda” di Gedung Pendopo Djaparuddin,
Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung pada Tanggal 6 Desember 2014 yang akan datang.
Adapun pembicara yang akan kami undang adalah Eko Prasetyo, S.H., Seorang penulis produktif muda dan menaruh perhatian
besar pada dunia pendidikan kita. Salah satu tulisannya yang berisi kritik
membangun adalah berjudul “Orang Miskin
dilarang Sekolah”. Keberpihakannya pada dunia pendidikan dan
produktifitasnya dalam menulis itu amatlah cocok dengan tema seminar.
Seminar
ini juga disemangati oleh Hari Pahlawan dan Hari Guru yang belum lama berlalu
sehingga kami berharap seminar ini dapat berjalan lancar dan mendapat dukungan
dari semua pihak di Bumi Upun Taka ini. (FIKR)
[1] Baswedan, A. (2013, 28
November). VIP-kan Guru-guru kita. http://aniesbaswedan.com/tulisan/VIP-kan-Guru-guru-Kita
[2] Ciputra News. (2014,3 Juni). Butuh 48 Juta wirausaha untuk memajukan
ekonomi Indonesia. http://www.ciputraentrepreneurship.com/ce-news/butuh-48-juta-wirausaha-untuk-memajukan-ekonomi-indonesia.
[3] United Nations Development
Programme (2003).Human Development Report
2003. http://hdr.undp.org/sites/default/files/reports/264/hdr_2003_en_complete.pdf
[4] Yusuf, E. Minat Baca masyarakat
Indonesia masih rendah. Koran Republika. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/02/mvmvq4-perpusnas-minat-baca-masyarakat-indonesia-masih-rendah
[5] Hentasmaka,D. (2011, 19 mei). Meningkatkan minat baca di kalangan Siswa. http://www.infodiknas.com/meningkatkan-minat-baca-di-kalangan-siswa.html
[6] Culp, M.B. dan Spann, S. (1975).
Influence of writing on Reading. https://journals.iupui.edu/index.php/teachingwriting/article/download/769/741
[7] Langer, J.A.(2000). Writing and reading relationship:
Constructive Tasks. http://www.albany.edu/cela/publication/article/writeread.htm
No comments:
Post a Comment