Video Acara Peresmian PLTA KAYAN pada tanggal 19 Januari 2014
Letak Provinsi Kalimantan Utara (warna biru muda) |
Penulis pertamakali mengetahuinya melalui Koran Lokal, Radar
Tarakan. Diberitahukan di situ bahwa akan dibangun suatu bendungan untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air yang berlokasi di pedalaman Kalimantan Utara, yakni di Hulu
sungai Kayan. Lokasi itu amatlah jauh bila ditempuh dari Tanjung selor,
bulungan. Tidak ada infrastruktur yang memadai untuk menempuhnya lewat darat. Hanya
ada dua cara yang efektif namun mahal. Kita butuh speedboat untuk menempuh jalur sungai Kayan mengarungi bebatuan
besar di sepanjang sungai, atau menggunakan helicopter
via udara dan ini sangat mahal. Lokasi yang jauh dari perkotaan ini dipilih
melalui suatu studi kelayakan di Kalimantan timur yang dilaksanakan pada april
tahun 1996 sampai dengan agustus 1996 diselenggarakan oleh PT. PLN.
Kondisi arus sungai di Sekitar Lokasi Pekerjaan Proyek Bendungan Sungai Kayan, Kecamatan Peso |
Daya yang dihasilkan bendungan ini adalah Antara 6000
sampai dengan 7000 Megawatt. Sebagai perbandingan, kebutuhan provinsi
Kalimantan Timur pada tahun 2014 diperkirakan hanya 400 Megawatt. Bendungan ini
jelas proyek raksasa, Biaya pembangunannya adalah antara 110 Trilyun rupiah sampai dengan 200
trilyun rupiah.
Biaya sebesar itu didapat dari investor asing, yakni
BUMN-nya china, China Power Investment (CPI) Corporation. CPI ini salah satu
dari lima BUMN terbesar milik China. Sebelumnya CPI telah bekerja sama dengan pemerintah Myanmar
membangun Myitsone Dam, bendungan besar yang akan selesai pada 2017. Bendungan
tersebut diperkirakan akan menghasilkan 3.600 hingga 6.000 megawatt listrik
untuk Provinsi Yunan. Itu berarti kurang lebih sama besar dan kapasistasnya dengan
Bendungan di sungai kayan.
Ilustrasi bendungan Myitsone Dam yang akan dibangun di Myanmar |
Hal yang
menarik dari proyek raksasa ini adalah, apa Tujuan pemerintah china
berinvestasi besar-besaran untuk mendanainya? Ternyata ini adalah investasi
yang menggiurkan. Sasaran Proyek ini tidak hanya untuk konsumsi listrik Kalimantan
Utara namun juga untuk Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Negara Malaysia (Sabah
dan Serawak).
Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Jero wacik menerima kunjungan wakil President
CPI, Xia Zhong, di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin 24 mei 2013. Menurut
paparan wacik pada Pers terkait dengan kedatangan wakil presiden CPI, mereka
tertarik untuk berinvestasi ratusan trilyun rupiah karena ada potensi kebutuhan
energi di Indonesia yang tercermin dari peningkatan kelas menengah di
Indonesia. Kelas menengah ini sekarang (2013) telah sampai pada angka 45 juta
orang dan diperkirakan akan menjadi 135 juta orang pada tahun 2030 kelak. Orang
china memang pandai melihat peluang.
Mereka
tidak salah soal potensi itu, sebab Perusahaan Listrik Negara (PLN) sendiri
mengakui bahwa di Indonesia ada peningkatan permintaan energy listrik 10% tiap
tahunnya. Dengan adanya PLTA sungai Kayan itu, Indonesia akan mendapat
keuntungan berupa tambahan Energi dan CPI akan mendapatkan keuntungan berupa
hasil penjualan listrik yang meningkat 10%
tiap tahunnya.
Untuk
mengejar tujuan investasinya itu CPI tentu tidak bekerja sendiri. Sebagai
investor, CPI menggunakan jasa kontraktor pelaksana PT Kayan Hydro Energy, PT
Hanergy Holding Group dan PT Kalimantan Electricity. Ketiga kontraktor tersebut
akan membangun PLTA itu secara bertahap, dalam waktu Tiga puluh tahun. PT Kayan
Hydro Energy mendapat kesempatan pertama untuk membangun.
Sejak akhir
2013 yang lalu, karyawan-karyawan PT. Kayan Hydro Energy sudah mulai melakukan
aktivitas Ground Breaking. Apabila
kita pergi ke Kecamatan Peso, maka kita akan dengan mudah melihat aktivitas
mereka di sana. Penulis sempat beberapa kali pergi ke sana, mengamati aktivitas
mereka itu dan mencari informasi tentang mereka dari masyarakat setempat dan
karyawan local yang bekerja pada perusahaan tersebut. Di bawah ini penulis
gambarkan apa yang penulis saksikan.
Topografi di sekitar pembangunan Bendungan Sungai Kayan, Kecamatan Peso |
Topografgi Desa Pelban, desa yang akan ditenggelamkan yang berada di hulu bendungan sungai kayan |
Pemukiman Penduduk di Desa Pelban |
Pemukiman Penduduk di Desa Long Bia, Kecamatan Peso |
Alat Transportasi Sungai di Peso |
Mereka
tinggal di Desa Long bia, di sebuah bangunan kayu dua tingkat, penginapan sederhana
milik Obed Bahwan, tokoh setempat. Info dari masyarakat setempat, bangunan itu
mereka sewa dengan harga dua puluh juta rupiah per tahun. Adapun makanan mereka
sehari-hari dipenuhi dengan dua cara, sebagian secara catering dan sebagian
lagi dengan menyewa tukang masak setempat yang digaji dengan nilai sekitar dua
juta rupiah perbulan. Long bia adalah desa kecil, sehingga kehadiran
karyawan-karyawan itu dianggap turut meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat.
Kesibukan
karyawan PT. Kayan Hydro Energy ini cukup tinggi. Pagi hari, sekitar jam lima
subuh sampai dengan jam enam pagi, dua puluh lima orang berangkat ke lokasi
pekerjaan. Mereka menggunakan perahu kayu bermotor yang cukup besar. Lima
sampai enam orang adalah tenaga ahli dari china sedangkan sisanya adalah orang
lokal yang dipekerjakan sebagai juru ukur, tukang tebas rumput dan penunjuk
jalan. Perahu bermotor itu bergerak ke arah hulu sungai yang lumayan berjeram, menuju
lokasi pekerjaan terdekat,yang berjarak kurang lebih satu jam perjalanan.
Sesampainya
di lokasi, mereka mengerjakan banyak hal. Mengambil sampel tanah dan bebatuan,
melakukan survey pemetaan dan berbagai hal untuk mempersiapkan proses pembangunannya
kelak. Karena kondisi sungai berjeram itu, Mereka terpaksa bermalam di lokasi
pekerjaan dan kembali ke penginapan keesokan harinya ketika sudah cukup jelas
mana air dan mana batu jeram. Ini terus dilakukan setiap harinya secara
bergantian, shift-shiftan. Tenaga-tenaga ahli china itu tampak serius bekerja
keras.
Tidak ada hambatan yang berarti dari masyakat setempat selama Perusahaan tersebut beraktivitas. Ini merupakan suatu hal yang menakjubkan (mengingat proyek dengan kapasistas serupa di myanmar menghadapi berbagai oposisi). Padahal, di sekitar lokasi pembangunan Sungai Kayan ini, yakni di kecamatan peso dan peso hilir, terdapat 16 desa dengan jumlah penduduk total menurut data statistik bulungan adalah sekitar 8300 (Delapan Ribu Tiga Ratus) jiwa.
Penginapan tempat Karyawan PT. Kayan Hydro Energy |
Karyawan Perusahaan bersiap-siap menuju Lokasi Kerja |
Tidak ada hambatan yang berarti dari masyakat setempat selama Perusahaan tersebut beraktivitas. Ini merupakan suatu hal yang menakjubkan (mengingat proyek dengan kapasistas serupa di myanmar menghadapi berbagai oposisi). Padahal, di sekitar lokasi pembangunan Sungai Kayan ini, yakni di kecamatan peso dan peso hilir, terdapat 16 desa dengan jumlah penduduk total menurut data statistik bulungan adalah sekitar 8300 (Delapan Ribu Tiga Ratus) jiwa.
Masyarakat
pedesaan itu umumnya tahu tentang ancaman dan dampak yang mungkin muncul dari bendungan
tersebut, yakni Pertama, bahwa bendungan yang dibangun itu bisa saja jebol dan
mengakibatkan bencana bagi desa mereka karena posisinya dari pemukiman
masyarakat tidaklah jauh. Kedua, bahwa minimal ada dua desa yang sudah
dipastikan akan ditenggelamkan agar Pembangunan bisa berjalan lancar. Ketiga, bahwa
ada proyek serupa yang lokasinya berbatasan dengan daerah mereka, yang telah
dilaksanakan dan gagal alias tidak selesai bertahun-tahun — namanya proyek Bendungan Bakun. Keempat, pembangunan bendungan yang
sangat besar itu akan menyebabkan perubahan-perubahan drastis terhadap iklim lokal dan kehidupan flora dan fauna yang menjadi area bercocok tanam dan berburu rakyat.
Penulis
berdiskusi dengan tokoh-tokoh setempat termasuk tokoh dari desa yang akan
ditenggelamkan itu dan penulis tidak melihat ada tanda-tanda penolakan, malah menangkap
ekspresi takjub dan senang pada air wajah mereka. Tidak
ada satu pun dari mereka yang memperlihatkan tanda-tanda penolakan terhadap
rencana pembangunan bendungan itu. Seakan-akan bendungan itu adalah sesuatu
yang kecil dan remeh belaka. Seakan-akan mereka telah melihat sesuatu yang
lebih besar, yang berkali lipat lebih besar dari rencana tersebut.
Dan Mereka
memang telah melihat bendungan yang lebih besar, yakni Bendungan Three Gorges Dam, di Beijing, China.
Bendungan ini memiliki kapasistas daya listrik sebesar 22000 megawatt. Sepanjang
tahun 2013, Kepala-kepala desa dan tokoh-tokoh desa lainnya seperti Kepala Adat
dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa, telah dua kali diberangkatkan ke china
oleh PT. Kayan Hidro Energy. Dari desa-desa pedalaman sungai kayan yang
sederhana, mereka menempuh jalur udara menuju Jakarta, lalu langsung melompat
lebih jauh ke Hongkong, lanjut ke Beijing kemudian ke provinsi hubei untuk
melihat Bendungan raksasa Three Gorges
Dam, dan terus ke Sanghai untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri
hasil dari pembangunan Negeri China. Dua minggu mereka di-brainstorming di sana.
“Ketika kami kembali ke Jakarta, kami melihat Jakarta seperti
Kampung kecil, dibandingkan Beijing dan Sanghai” Kata salah seorang kepala desa. Betapa
takjubnya mereka melihat China yang serba canggih itu dan membuat mereka yakin bahwa tidak ada ancaman dan dampak buruk yang berarti dalam Bendungan sungai kayan kelak.
Bendungan Raksasa di sungai Yangtze, Three Gorges Dam, di provinsi Hubei, China |
Proyek Bendungan Bakun, di Sabah Malaysia
|
Demikianlah
apa yang menyebabkan tidak adanya penolakan dan gangguan yang berarti dari
masyarakat setempat terhadap rencana Pembangunan Bendungan sungai kayan itu.
Penolakan dan gangguan tidak ada karena perusahaan berhasil meyakinkan
tokoh-tokoh setempat -- yang dalam tradisi pedesaan juga berarti meyakinkan mayoritas
masyarakat -- bahwa bendungan itu akan berhasil dan bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang mereka saksikan di China. Mungkin juga
tidak sesederhana itu dan masih banyak faktor lainnya yang membuat tokoh-tokoh
itu mendukung proyek tersebut (misalnya Kompensasi berupa rumah baru dan
sejumlah besar uang kepada penduduk desa yang akan ditenggelamkan dan impian bahwa tidak ada lagi krisis listrik di pedesaan-pedesaan itu yang sejak kemerdekaan indonesia mengalami krisis listrik hingga tahun 2014 ini), namun tampaknya
“perjalanan ke china” ini tentunya termasuk salah satu faktor yang sangat menenntukan.
Bendungan
ini pada tanggal 18 januari 2014 kemarin, diresmikan --dengan sukses-- oleh Menteri ESDM melalui
acara Peletakan Batu Pertama. Acara ini diselenggarakan di lokasi pekerjaan di
wilayah Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Dua buah
helipad disiapkan untuk transportasi pejabat-pejabat penting yang hadir di
acara tersebut, antara lain Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
Susilo Siswoutomo, Panglima TNI Jenderal moeldoko, Direktur Utama PT. PLN
(Persero) Nur Pamudji, Duta Besar RI untuk RRC Imron, Gubernur Kaltim Awang
Faroek Ishak, Plt. Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie, Bupati Malinau
Yansen TP serta Pejabat di lingkungan Pemkab Bulungan dan Provinsi Kalimantan
Utara. Koran tertanggal 20 januari menjadikan berita ini Headline surat
kabarnya dengan judul “Listrik Peso Terbesar di Indonesia”. Sebuah judul yang
sangat optimis di awal tahun 2014 ini.
Demikianlah
tulisan sederhana dan singkat mengenai Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air di
Sungai Kayan, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara ini. Penulis
akan berusaha meperbaharui dan mengembangkan data-data terkait dengan Proyek
ini pada tulisan-tulisan berikutnya. Penulis berharap pembaca sekalian dapat
turut memonitoring kegiatan pembangunan proyek ini. (joko/kaltara)
Update Berita :
Informasi lebih lanjut tentang Bendungan Kayan dapat dilihat pada Dokumen berikut ini:
Update Berita :
Informasi lebih lanjut tentang Bendungan Kayan dapat dilihat pada Dokumen berikut ini:
No comments:
Post a Comment