Batu Ujian Sejarah Siapa yang benar, Stalin atau Trotzky? Satu Pemandangan Berhubungan dengan Perang Rusia-Jerman

ilustrasi Stalin Vs Trotsky

Dalam pergerakan kiri di Indonesia saat ini, tampaknya Trotzkyisme hadir kembali, atau paling tidak bangkit kembali. Sebagian menyetujuinya, sebagian curiga padanya dan sebagian lagi tidak setuju dengan paham tersebut.

Sementara penulis sendiri juga masih "mencari-cari". Dalam pencarian tersebut, penulis menemukan beberapa literatur yang membahas perkara ini. Sebagian literatur terasa sulit untuk penulis pahami, termasuk tulisan-tulisan trotksy sendiri. Mengingat latar belakang pendidikan penulis bukanlah ilmu-ilmu sosial, melainkan teknik. Sebagian literatur lainnya cukup membantu menggambarkan ada apa antara Trotksy dengan Stalin.  

Di bawah ini penulis tampilkan ulasan tentang permasalahan Stalin dengan Trotzksy yang ditulis oleh almarhum mantan Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Tulisan ini kami sadur dari buku cetakan pertama berjudul “Indonesia VS Fasisme” yang diterbitkan oleh PENERBIT MEDIA PRESSINDO pada bulan maret tahun 2000 di Yogyakarta. Penulis berharap tulisan Bung Karno ini dapat membantu pembaca yang ingin mengetahui perihal tersebut tapi mengalami kesulitan sebagaimana penulis alami. 

Selamat mempelajari dan menikmati. 

Saya punya sahabat H.R. menulis di dalam majalah Pembangunan no.105 satu artikel yang berkepala “Merebut Singgasana Diktatur”. Artikel yang menarik itu memuat biography singkat dari Stalin dan almarhum Trostzky. Kata sahabatku itu: “Apakah sebabnya Stalin dan Trostzky bermusuh-musuhan seperti itu? Tabrakan meraka pecah keluar sebagai pertikaian paham. Trostky berpendirian bahwa revolusi harus di teruskan di seantero dunia, sebab kalau tidak, Soviet Rusia akan runtuh, kapitalisme akan muncul lagi di Rusia. Stalin berpendirian, bahwa komunisme dapat di bangunkan lagi di Rusia, meskipun segala negeri di luar Rusia masih Kapitalistis. Dan kedua-duanya bernabi kepada Lenin. Siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang menyimpang dari ajaran Lenin dan siapa yang setia, hanyalah jaman nanti akan menentukan.” Sekianlah kata H.R.

Memang benar: zaman akan menjadi hakim. Zaman akan menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tiap-tiap perjuangan faham yang besar-besar di sejarah manusia yang telah beribu-ribu tahun lalu itu, - zamanlah yang kemudian yang menghakiminya,-sesudah sepuluh tahunkah?-itu berlain-lainan. Ada yang dalam beberapa tahun saja sudah mendapat hukuman zaman, ada yang sampai puluhan tahun baru mendapatkan oordeel-nya waktu, dan ada pula yang sampai ratusan tahun belum habis-habisnya juga!

Misalnya orang-orang yang hidup di zamannya Mirabeau, atau Marat atau Danton dan Robespiere, (itu bapak-bapaknya revolusi Perancis) belum dapat benar-benar menghukum mereka, pantas di doakan masuk surga atau apakah pantas di doakan masuk neraka meraka itu,-dan kita yang hidup di zaman sekarang ini belum dapat menerka-nerka pula ujung-ujungnya revolusi Tionghoa yang di mulai oleh Sun Yat Sen hampir setengah abad yang lalu itu. Revolusi Perancis baru dapat “di mengerti orang” di bagian kedua dari abad kesembilan belas, dan Tuan-tuan yang menbaca artikel saya ini belum tentu kelak dapat mengalami “habisnya” revolusi Tionghoa.

Atau maukah Tuan-tuan satu contoh yang lebih jitu lagi? Delapan ratus tahun yang lalu Ulama-ulama Islam menentukan bahwa pintu-pintu ijtihad agama telah tertutup. Delapan ratus tahun lamanya suara orang-orang ini sebagai protesnya orang-orang murtad. Delapan ratus tahun lamanya dunia Islam “angker” di dalam ieologi yang jahat itu --baru sekarang, baru pada permulaan abad keduapuluh ini, orang mulai sadar akan salahnya pendirian itu! Tidakkah dahsyat Tuan, kalau memikirkan lamanya delapan ratus tahun itu?

Memang! Kita manusia, kita biasa menghitung dengan bulan dan dengan tahun, oleh karena umur kita terbilang dengan bulan dan dengan tahun. Tetapi zaman? Ukuran apa yang di pakai buat mengukur langkahnya zaman? Kita, Manusia kita dianggap telah lama sekali kalau kita mengalamkan satu jarak waktu yang sepuluh tahun atau dua puluh tahun, tetapi zaman, sejarah itu tidak menghitung dengan hari atau bulan atau dengan tahun. Ia melompati puluhan tahun pada tiap-tiap langkahnya, ia anggap satu abad kadang-kadang sebagai satu tetes air saja di dalam samudera yang maha luas.

Maka begitulah pula keadaanya dengan sejarah Revolusi di Rusia itu. Dua puluh empat tahun lamanya kita persaksikan dia, dua puluh tahun lamanya dia menjadi tontonan dunia. Dua puluh empat tahun! -dan kita berkata telah berkata: alangkah lamanya! Tetapi bagi orang yang mengerti perjalanan sejarah, bagi orang yang mengerti sejarahnya perubahan-perubahan masyarakat, -dia mengetahui, bahwa kalimat yang penghabisan dari revolusi ini belumlah tertulis. Tingkat yang satu masih harus diikuti oleh tingkat yang lain, tahap yang satu masih harus diganti oleh tahap yang lain. Pertikaian Stalin-Trotzky adalah satu pergeseran di waktu pemindahan satu tahap kepada tahap yang lain, pertikaian itu hanyalah satu “moment” belaka daripada perjalanan revolusi yang amat lama ini.

Namun, didalam satu hal rupanya sejarah akan segera menjatuhkan vonis antara kedua mereka itu! Rusia kini sedang di serang oleh Jerman, dan peperangan inilah akan menjadi satu batu ujian sejarah dia atas satu pasal daripada pertikaian meraka itu. Sungguh mendahsyatkan dan mendirikan bulu caranya “sejarah” bekerja menjadi hakim di antara kedua mereka itu! Tentara yang juta-jutaan orang berhantam-hantaman dengan tentara yang jutaan pula, meriam menggempur meriam, Tank menggempur tank, bumi menjadi lautan api, dan angkasa seperti akan terbelah karena gunturnya bom dan dentamnya ribuan kapal udara. Padang-padang peperangan di tanah Rusia barat itu, di mana segala kedasyatan neraka seakan-akan di tumpahkan dari langit di atasnya, padang-padang itu peperangan itu bukan saja menentukan nasib Rusia dan nasib Jerman buat puluhan kelak di kemudian hari,-ia menjadi pula satu “padang mahkamah “ yang maha-maha hebat dan mendirikan bulu, dimana oordeel-nya sejarah atas satu pasal pertikaian Stalin-Troszky di gemblengkan dengan palu-godam, api yang maha raksasa, yang pukulannya menggetarkan bumi, dari laut ke laut, dari pantai ke pantai.

Apakah pasal pertikaian itu? Marilah saya terangkan kepada Tuan garis-garis besarnya seperti pertikaian Stalin-Troszky seluruhnya lebih dulu. H.R. telah mengatakannya dengan satu dua patah kata : Stalin beranggapan, bahwa dapat dan mungkin didirikan sosialisme di dalam satu negeri saja (yakni Rusia saja), tetapi Troszky menanamkan, anggapannya  Stalin itu anggapannya orang yang gila: sosialisme tidak dapat didirikan tegak, tak mungkin, tak bisa, manakala internasional kapitalisme tidak diruntuhkan sama sekali. Di Rusia, Jerman, Perancis, Inggris, Itali, Jepang, Tionghoa, di mana-mana harus di gugurkan terlebih dahulu, manakala sosialisme mau berdiri teguh. Sebab internasional kapitalisme itu adalah berhubungan satu dengan yang lain, organisch verbonden  satu dengan yang lain.

Bukankah gila Stalin, kata Troszky, dimana dia mau mendirikan sosialisme di satu negari saja, sedangkan kapitalisme negeri itu bersambung-sambung dan berurat-urat dengan kapitalisme-kapitalisme negeri-negeri itu? Bukakah gila pula mau mendirikan sosialisme di satu negeri pertanian seperti Rusia di mana kaum buruhnya kalau tidak mendapat bantuan kaum buruh negeri luaran, mungkin bisa di kalahkan oleh kaum-kaum tani yang masih kolot dan besar jumlah itu?

Tidak! Kata Troszky, revolusi yang telah menyala di negeri Rusia itu tidak boleh berhenti di muka pagar-pagarnya negeri-negeri yang mengelilinginya, revolusi itu harus menjalar terus ke kota-kota lain dan ke negeri-negeri lain. Revolusi itu harus menjalar menjadi satu internationale wereldevolutie, dan di negeri Rusia serta masing-masing negeri lain itu, revolusi ini tidak boleh bersifat satu kejadian yang “sekali jadi”, sudah”, tetapi haruslah bersifat satu revolusi terus menerus yang mengerjakan semua tahap-tahapnya, dari a sampai z. Maka paham internationale wereldevolutie yang melalui semua tahap-tahapnya terus-menerus dari a sampai z ini, oleh Troszky di namakan paham permanente revolutie.

Stalin pada hakikatnya tidak anti perjuangan kapitalisme internasional, melawan kapitalisme internasional itu. Ia pada hakekatnya tidak anti internationale wereldevolutie, ia pro aksi kaum proletar di mana-mana. Dapatkah orang menunjukan seorang komunis yang anti internationale wereldevolutie itu? tetapi Stalin katanya tidak mau melupakan satu kenyataan yang sudah ada, satu realiteit. Apakah realiteit ini? Realiteit ini ialah, kata Stalin, bahwa pada dewasa ini perlu dijaga keselamatan “benteng Rusia”. Pada dewasa ini kaum proletar seluruh dunia hanyalah mempunyai satu benteng saja, satu citadel”, satu pusat kekuasaan”, yakni Soviet Rusia. Perkuatlah pusat kekuasaan ini, jagalah keselamatannya. Perkuatlah Negara Soviet Rusia, hebatkanlah ia punya industrialisasi, hebatkanlah ia punya tenaga militer, hebatkanlah ia punya barisan dalam, hebatkanlah dia punya barisan luar. Seluruh dunia Kapitalisme dari Barat dan Timur, dari dekat dan dari jauh, mau menjatuhkan satu-satunya citadel kaum proletar ini, -jagalah jangan ia jatuh. Hebatkanlah Negara Soviet Rusia ini menjadi satu Negara yang kerasnya seperti baja, supaya tiap-tiap musuh yang menyerangnya akan hancur menjadi debu di muka pintu-pintu gerbangnya dan di muka meriam-meriamnya.

Begitulah kata Stalin. Di dalam tembok-temboknya Soviet Rusia, kaum buruh harus membajakan Negara ini dengan menghebatkan ia punya industry dan industriele capaciteit, meraksasakan ia punya militair apparaat, mengkobar kobarkan semangat pertahanan di kalangan buruh dan kalangan tani, -di luar lingkungan tembok itu tiap-tiap tindakan kaum buruh seluruh dunia harus di koordinirkan kepada kepentingan Negara Soviet Rusia itu.

Dan tentang cita-citanya revolusi? Maatschappelijke idealen-nya revolusi? Itupun, kata Stalin, tak perlu mengecewakan! Maatschappelijke idealen-nya revolusi Rusia, yaitu komunisme, satu peraturan kerejekian yang sama rasa sama rata, Maatschappelijke idealen ini dapat di dirikan di Rusia sendiri, Zonder “menunggu” negeri-negeri lain. Sebab Rusia adalah satu Negara yang maha-maha luas, dan persediaan bekal-bekal hidupnya pun boleh di katakan tidak ada batas jumlahnya. Apa saja yang ia perlukan, dapatlah diambil dari pangkuan Ibu Rusia sendiri! Besi, timah, kayu, gandum, alimunium, batu arang, minyak, kulit, daging, bauxite, nikel, tembaga, ya apa saja yang di perlukan, adalah tersedia dengan secukup-cukupnya dan sebanyak-banyaknya.

Rusia adalah satu satu negeri yang tidak perlu beli bahan-bahan dari Negara lain-satu negeri yang sebenar-benarnya self supporting dan self containing. Nah kata Stalin, satu negeri yang demikian luasnya, satu benua, yang penduduknya ratusan juta, yang tradisi pergerakan kaum buruhnya telah berlangsung berpuluh-puluh tahun, dapatlah mendirikan sosialisme di dalam pagarnya sendiri! Semua syarat-syaratnya dan bahan –bahan pergaulan hidup sosialistis tinggal mengambil saja! Semua bekal untuk industrialisasi sosialistis di pabrik-pabrik dan di padang-padang gandum sudahlah tersedia tinggal mengerjakan saja! Asal saja Negara Rusia tidak di rusakan orang dari luar, asal saja dia mampu menangkis tiap-tiap serangan musuh dari luar, maka pekerjaan mendirikan sosialisme itu bisa langsung berhasil.

Maka menurut plan ini, -pertama, plan membuat Negara Rusia menjadi satu benteng baja, dan kedua, plan, mensosialiskan pergaulan hidup, -di mobilisirkanlah oleh Stalin semua tenaga yang ada pada rakyat. Plan Lima tahun yang kesatu, kedua, ketiga, keempat, plan mengkolektiviskan semua produksi kepabrikan dan pertanian, plan memekanisirkan tentara, di dalam tiap-tiap bagiannya, plan membagi tentara itu menjadi tiga bagian (Barat, Selatan, Timur) yang sama merdeka yang satu dengan yang lain. -Semua plan itu hanyalah detil belaka dari plan raksasa yang dua tadi: Negara Rusia benteng baja, pergaulan di dalamnya sosialistis.

Kini, kini datanglah ujiannya sejarah. Pelor-pelornya Hitler dan dinamit-dinamitnya Hitler menghantam kepada benteng-bentengnya Rusia itu. Bumi bergoncang, udara laksana akan terbelah, karena hebatnya hantaman ini. Kini malaikatnya sejarah mengkilatkan pedangnya dan menggunturkan suaranya. Kini Stalin dibawa oleh malaikatnya sejarah itu ke hadapan mahkamahnya, diuji kebenaran ia punya “teori benteng”. Akan kuatkah benteng Stalin menahan serangan musuh? Seluruh dunia manusia dengan dahsyat menonton berlakunya persidangan Mahkamah-Sejarah ini, yang Tanya jawabnya bermulut meriam sambung menyambung laksana Guntur, meledak-ledak menggetarkan bumi, kilat-mengkilat menyala-nyala membakar angkasa.

Stalin kini berdiri di muka Mahkamah itu. Dengan tandas ia akan mengulangi apa yang berkali-kali ia telah katakan: serangan dari luar ini yang dia khawatirkan dan jaga-jagakan dari dulu. Serangan dari luar inilah memeang pokok-pangkalnya ia punya pendirian, minta kepada kaum buruh seluruh dunia supaya mereka memusatkan semua perhatian kepada Negara Rusia, dan sekali lagi Negara Rusia saja. Citadel Rusia-citadel inilah harus menjadi awalnya dan akhirnya semua tindakan, kaum komunis seluruh dunia harus di kordinirkan semua ke situ, semua gerak-gerik dari cabang-cabang partai komunis di seluruh dunia harus tunduk kepada komando dari pusatnya citadel itu, yaitu Moskow. Kini terjadi benar itu citadel di serang musuh, -apakah yang sejarah mau persalahkan lagi kepadanya?

Tetapi! Bukan dia saja yang berdiri dis depan mahkamah itu, arwah Troszky juga berdiri di situ, terpanggil di dalam kuburnya di Mexico. Apa jawab Troszky? tidakkah nyata sekarang kebenaran dari paham Stalin itu?

Sudah hampir satu tahun Trotzky mati terbunuh, tetapi tulisan-tulisannya masih menyala seperti api menjilat gedung-gedung kepahaman Stalin dan gedung-gedung kekuasaan Stalin. Stalin berkata: Peperangan ini bukti kebenaran ia punya paham? kalau permanente revolutie di jalankan, kata Trotzky, maka serangan Hitler itu tak akan mungkin sama sekali! Ya, malahan tak akan mungkin Hitler dahulu membuat besar partai N.S.D.A.P.-nya, tak akan mungkin dahulu dia menjadi diktator negeri Jerman!

Adanya Hitler naik kekuasaannya, menjadi kepala Negara Jerman, menyusun satu militair machtsapparaat yang memakan harta rakyat dan keringat rakyat yang di luar tanggungan manusia beratnya, menghantamkan militairmachtsapparaat itu buat mengobrak-abrik kemerdekaan negeri-negeri di kanan kirinya, memborbardir kota-kota terbuka dan membinasakan jiwa ratusan ribu manusia, dan akhirnya menyerang benteng Negara Rusia itu, -itu semua hanyalah mungkin oleh karena permanente revolutie di abaikan. Itu semua hanyalah mungkin, oleh karena segala gerak-gerik pergerakan kaum buruh Jerman ditundukan oleh perintah dan kepentingan Moskow, ”diukurkan” kepada soal” baikkah bagi Moskow” atau “tidak baikkah bagi Moskow”. Kemerdekaan bergerak dari kaum protelar seluruh dunia diikat dan dibelenggu, diabaikan dan dihambakan kepada kepentingan Moskow, tidak perduli apakah ikatan ini merugikan kepada kepentingan kaum protelar di negeri-negeri itu atau tidak.

Misalnya, kata Trotzky, -tidakkah nyata, bahwa K.P.D (Kommunistische Partei Deutschlands) tidak berdaya apa-apa lagi, semenjak ia mesti mengkoordinirkan tiap-tiap gerak –geriknya kepada buitenlandse politiek-nya Stalin? K.P.D. beranggotakan banyak, pengikut-pengikutnya dulu melebihi jumlah pengikut Hitler, pada waktu pemilihan Rijksdag di tahun 1930 ia dengan kaum social-demokrat mendapat lebih banyak suara dari partai N.S.D.P, tetapi ia tak dapat mengeluarkan revolutiener elan sejak ia di ikat kepada buitenlandse politiek-nya Stalin, yang maksud satu-satumya hanyalah jaga Rusia, jaga Rusia dan sekali lagi hanya jaga Rusia saja.

Di dalam tahun 1922 Rusia mendatangani perjanjian Rapallo dengan Jerman, buat memudahkan economisch technisch ruilverkeer  antara Rusia dan Jerman, sejak Stalin berkuasa, maka semua gerak-gerik K.P.D ditundukanlah olehnya kepada soal baik tidaknya economisch technisch ruilverkeer  itu. Boleh  dikatakan tiap-tiap aksi buruh Jerman yang bisa membahayakan Rapallo itu di larang, tiap-tiap serangan kaum buruh itu kepada kapitalisme Jerman di hambat, oleh karena khawatir kalau-kalau merugikan economisch technisch ruilverkeer  dengan Rusia, yang begitu amat-amat hajat  kepada mesin-mesin Jerman dan insinyur-insinyur Jerman.

Padahal, pada waktu itu, kata Troszky, sudah nyata S.P.D. dengan bantuan kaum buruh lain bisa merebahkan Hitler, asal saja revolutioneair elan-nya tidak dikekang. Sudah nyata jumlah sura yang jatuh kepada kaum buruh lebih banyak daripada kepada Hiter, sehingga presiden Von Hindenburg sendiri menjadi cemas dan takut akan itu “air bahnya komunisme”. Maka mengambillah Van Hindenburg ia punya politieke zet yang maha hebat yaitu  dengan persetujuan kaum ondernemers Ia mengangkat Adolf Hitler menjadi Minister president Jerman, kendati Adolf Hitler kalah dalam jumlah suara dengan kaum buruh, kendati Adolf Hitler selalu mengkritik dan menghantam rijkkregering, ketika Adolf Hitler nyata musuhnya partai-partai pemerintah dan haluan cara pemerintahan yang sudah ada : Adolf Hitler naik di atas tangga kekuasaan yang pertama ini tidak karena kemenangan perjuangan, tidak karena kekuatan sendiri, tetapi karena karunia politieke zet dari Heer Fieldmarschalk Reichspesident Paul Von Hidenburg belaka. Lebih baik Adolf Hitler yang gembor-gembor itu menjadi minister-president, daripada jadi bahnya haluan komunisme!

Maka mulailah tragedy bermain di atas podium permainananya rakyat Jerman. Adolf Hitler minister president, sebentar lagi Adolf Hitler Reich president mengganti Von Hindenburg yang mangkat, sebentar lagi absolute dictator diatas punggungnya rakyat Jerman yang puluhan juta itu. Semua partai yang membahayakan kepadanya di binasakan, semua partai yang ia pakai bisa ia Anschluss, semua surat kabar ia kekang, semua oposisi ia hantam hancur lebur di muka bumi. Dutshland ia jadikan satu penjara yang maha besar, tubuh puluhan ribu anak adam ia lemparkan ke dalam concentratiekamp atau ia drel di muka tembok. Juta-jutaan orang Jerman ia giring menjadi umpan meriam ke dalam ia punya tentara, dan tak lama lagi mengamuklah angin taufan, peperangan diatas padang-padang Eropa. Kalau di renungkan sebentar,-inilah President Von Hindenburg punya jasa…

Tetapi, kalau direnungkan sebentar pula, inilah Stalin punya jasa, kata Troszky, -Stalin, yang memadamkan revolutioner elan-nya kaum protelar Jerman dengan ia punya politik anti permanente revolutie dan pengabdian kepada kepentingan buitenlandse politiek Rusia semata-mata. Stalin, ia kau punya perbuatan, -- adalah gugatan Troszky dari kenaikan Hitler dari politikus biasa menjadi politikus geweldenaar yang mengobrak-ngabrik susunan dunia. Kalau  pada waktu Von Hidenburg mau menempatkan Hitler di kursi kekuasaan, kaum buruh Jerman mengadakan aksi perlawanan pada waktu yang sehebat-hebatnya, kalau pada waktu itu K.P.D. dibiarkan mengeluarkan revolitionair elan-nya, dan tidak dibelenggu oleh national-russische politiek-nya Stalin, maka Hitler tidak akan mendapatkan kans sedikitpun sama sekali.

Tetapi, ya mau kata apa, -nasi sudah menjadi bubur! Hanya saja, kalau sekarang Hitler dengan ia punya penyamun-penyamun mau merampok dan menjarah di negeri Rusia, kalau sekarang “pedangnya Siefried” (begitulah kata Hitler) menghantam dan mengkilat di padang-padang Rusia-Barat,-Janganlah Stalin menebah-nebah dada seraya berkata: “ini.., inilah yang dari dulu aku jaga!”

Sebab kata Trotszky, ia pun (Trostzky) tahu, bahwa Rusia selalu diintai musuh, ia pun mau membikin negeri Rusia menjadi benteng protelar sekuat baja, ia pun dapat mengukur betapa besarnya bahaya kalu benteng ini bisa dijatuhkan musuh. Dia pun sendiri dulu panglima perang Rusia, yang bertahun-tahun lamanya berperang mati-matian memepertahankan Proletarisch vaderland itu terhadap serangannya Yudenitch dan Koltchak dan Denikin dan Wrangel, yang semuanya dibantu oleh negeri-negeri luaran. Dia pun berpendapat, bahwa benteng Rusia ini, satu-satunya benteng protelar seluruh dunia, harus dijaga mati-matian, jangan sampai runtuh. Tetapi caranya menjaga benteng itu bukanlah cara Stalin, yang politiknya ialah satu national russische politiek semata-mata, tetapi haruslah satu cara, yang menghidupkan tenaga-tenaga perjuangan dan tenaga bekerja di kalangan kaum buruh di Rusia dan di seluruh dunia yang lain-lain juga.

Tetapi jauh daripada itu, kata Trostzky, maka Stalin telah berkhianat kepada aksi protelar di mana-mana. Di Jerman aksi K.P.D. ia lemahkan, di Perancis aksi komunis ia tundukan pula kepada keselamatannya ia punya buitenlandse politiek, di inggris idem, di Amerika idem, di Tionghoa idem. Malahan di negeri yang belakang ini politik Stalin itu memakan korban jiwanya ribu-ribuan kaum komunis, tatkala di bulan desenber 1927 di kanton mereka disapu bersih oleh pemerintah nasional.

Pendeknya, kata Trostzky, sejak Stalin memegang pimpinan Negara, maka bantuan pergerakan protelar dari negeri luaran kepada Rusia makin lama makin kurang, makin lama makin surut. Makin lama makin berkurang, oleh karena pergerakan kaum protelar itu di mana-mana memang makin lama makin lemah, karena politiknya internasional ke-III, yang tidak boleh menjalankan lain politik daripada nationaal russische politiek semata-mata. Negara Rusia boleh dikatakan-tidak, tetapi sudah nyata International ke-III menjadi lemah. Internasionale ke III yang kata Trostzky sebenarnya itulah benteng International proletariat! Internationale ke-III, yang sebenarnya itulah mestinya salah satu truf yang paling dahsyat di tangan Moskow, untuk menghebatkan segala ia punya tuntutan terhadap negeri-negeri kapitalis internasional!

Tetapi justru International ke-III, itu ia belenggu, ia lemahkan, ia bunuh semangatnya, ia bikin satu badan mati karena tak ada kemerdekaan bertindak sedikitpun jua. Internationale ke-III hilanglah ia punya arti sebagai tameng internasional. Soviet Rusia terpaksa berdiri sendiri Zonder “penyokong”, zonder “penjaga” ia benar satu citadel, tetapi citadel yang terpencil, zonder kawan-kawan, zonder “secundair” citadelllen yang mengelilingi dia, yang akan melindunginya di hadapan musuh. Kanan kiri bahaya mengancam, tetapi ia punya alat penangkis keluar, semua lemah.

Akhir-akhirnya terpaksalah ia main mata dengan negeri-negeri kapitalis sendiri. Ia mencari sokongan pada negeri-negeri kapitalis sendiri, mengeluarkan tangannya ke kanan dan ke kiri, minta di jabat, secara persaudaraan. ia tidak bisa menjalankan satu zelfstandige politiek lagi, ia menjadi satu “anggota” dari politik internasional biasa. Ia masuk Volkenbond. Inilah menurut Trostzky salah satu tragedy Soviet Rusia di bawah pimpinan Josef Stalin!

Begitulah di dalam pokok-pokoknya, serangan Trostzky atas Stalin. Sudah barang tentu, Stalin pun tidak tinggal diam. Nama Trostzky ia suruh coret dari semua literature Soviet. G.P.O. ia gerakkan, untuk memadamkan tiap-tiap api Trostzkysme yang masih ada di Soviet Rusia. Trostzky boleh seribu kali mengatakan bahwa politik Stalin salah, boleh seribu kali menggugat nationaal Russische karakter daripada Komintern, tetapi ia, Stalin, tetap berkata bahwa inilah satu-satunya politik yang benar. Trostzky boleh mengatakan bahwa citadel Rusia kini terpencil, tetapi Stalin berkata, bahwa kalau Rusia tidak di perkuat- di dalam pagar secara faham Stalinisme itu, musuh dari luaran sudah lama menerkam kepadanya, mumpung-mumpung dia masih lemah. Teori tinggallah teori, tetapi inilah satu kenyataan yang riil: perkuatlah Rusia itu, bajakanlah Rusia itu, persenjatai dan industrialisir lah rusia itu dengan cepat, jangan dikasih kans musuh menyerang kepadanya, mumpung-mumpung dia masih lemah. Sungguh, kata Stalin, -kalau tidak lekas-lekas dulu rakyat Rusia mengerjakan Plan menurut Plan Stalinisme, maka sudah lama musuh menghantam kepadanya!

Maka sekarang benar-benar musuh itu menghantam, tetapi benteng Rusia sudah siap pula. Nonagressiepact dengan Hitler, kata Stalin, pun bukan satu kesalahan, karena pact itu menambah tempo lagi delapan belas bulan kepada Rusia buat bersedia menghantam. kini musuh menghantam, suruhlah ia menghantam. KIni petir dan halilintar dan taufan Dewa Mars menyambar-nyambar dan mengamuk di padang-padang Rusia Barat, tetapi benteng Rusia sudah sedia dan sudah siap. Hantamlah siapa yang mau menghantam. Rusia akan bayar kembali dengan rente yang berlipat ganda. KIni dia, Stalin, di bawa ke hadapan Mahkamah Sejarah, tetapi juga di situ dia masih sanggup bertukar jawab dengan Trostzky yang terpanggil dari alam barzah.

Stalin dan Troszky di hadapkan Mahkamah Sejarah. Seluruh dunia menyaksikan dengan napas yang tertahan persidangan yang maha dasyat, yang Tanya jawabnya menggemparkan bumi dan membakar angkasa,-yang tempat persidangan jauh dari kita di padang-padang letland, Latvia, Rusia-Putih dan Oekrajine, tetapi yang ledakan Guntur suaranya terdengar dari ujung Timur dan ujung dunia yang satu ke ujung dunian lain. Siapakah yang benar? Stalinkah atau Trotzkykah?

Kita, ideologis, adalah duduk di luar perjuangan faham ini. Kita ideologis hanyalah orang menonton. Tetapi sebagai tiap-tiap manusia di muka bumi ini, kita ikuti persidangan ini dengan minat yang semuncak-muncaknya, dan perhatian yang menggetarkan segenap kita punya jiwa. Sebab corpus delicti di dalam persidangan ini ialah meriamnya Adolf Hitler, mahadewa bagi sebagian orang, maha hantu bagi semua yang cinta hak kemanusiaan dan hak kemerdekaan.

Stalin benar atau Stalin salah, Trotszky benar atau Trotszky salah, -pada saat ini soal menjadikanlah satu soal akademis, yang terdorong ke belakang oleh soal mati-hidup yang baru timbul, yakni soal: akan mampukah Stalin menghantam Hitler ini terjungkal patah, sehingga tidak bisa berdiri lagi?

Kalau Hitler menang, maka ia akan makin mengamuk, -nasib dunia susahlah dikatakana lagi, hilang musnahlah hasil perjuangan perikemanusiaaan yang ratusan tahun itu, baik di Rusia maupun negeri-hegeri lain. Soal mati-hidup daripada hari sekarang ini, ialah melabrak Hitler itu keluar dari halaman sejarah kemanusiaan!

Kesitu-kesitulah kita arahkan segenap harapannya kita punya hati. Kesitulah kita pusatkan segenap getarannya kita punya jiwa. ”Hantam, hantamlah dia remuk, Stalin, hantamlah dia musnah dari sejarah kemanusiaan!”  Inilah pekik yang harus keluar dari dasar-dasarnya kita punya passie,-kita democrat-demokrat dari semua macam ragam, liberal dan nasionalis, komunis, kaum merah dan kaum bukan merah. Churchill bersuara  begitu, Roosevelt bersuara begitu. Seluruh dunia yang sadar akan jahatnya fasisme harus mendoakan, dan di mana mungkin membantu supaya Rusia, Rusialah, yang keluar sebagai Al-Chasi dari apinya dan luluhan bajanya peperangan jerman-Rusia itu, dan bukan Hitler.

Inilah soal mati-hidup dari hari sekarang! Soal inilah yang sekarang menyala dalam pusat perhatiannya tiap-tiap orang yang betul-betul cinta kepada kemanusiaan dan keadilan. Hanya orang yang tidak sadarlah bisa menaruh simpati kepada hitler, atau dia orang fasis, orang yang durhaka, orang yang senang duduk di atas punggung sesama manusia, orang yang senang menginjak-injak hak-hak perikemanusiaan.

Tetapi Alhamdulillah, tanda-tanda sudah ada, bahwa Hitler telah mendekati akan terima ia punya pembalasan. Tingkat pertama dari petunjuk Ernst Henri yang saya ceritakan tempo hari rupanya kini mulai berjalan. Kalau benar begitu, -Hitler, tidak lama lagi, engkau mendapat engkau punya bagian!

Demikianlah soal mati - hidupnya dari hari sekarang. Baru kemudian kalau api peperangan Jerman-Rusia sudah padam, akan mendapatlah arti soal antara Stalin dan Trotsky,-siapa benar, siapa yang salah. Baru kemudian dapat di buka kitab vonisnya sejarah tentang satu pasal dari perjuangan dua faham mereka itu. Rusia menang, Stalin mendapat satu plus, -Rusia kalah, Stalin dapat satu minus.

Tetapi vonis yang lengkap, vonis yang berisi semua pasal perselisihan faham itu (misalnya pasal mungkin-tidaknya sosialisme di satu negeri saja), vonis yang lengkap itu barulah dapat di baca di kemudian-kemudian hari lagi. Di kemudian hari, kalau Russische Revolutie sudah berakhir sama sekali. Kapan? Wallahu a’lam! Barangkali masih berpuluh-puluh tahun.

Pemandangan, 1941