Tuesday, July 03, 2012

HARGA-HARGA DI KOTA


Oleh Ibnu Kahldun, dalam muqaddimah-nya

Semua pasar memuat kebutuhan-kebutuhan manusia. Di antaranya adalah kebutuhan primer (pokok atau dharuri), yaitu makanan-makanan pokok, misalnya gandum dan apa saja yang sejenis dengannya, seperti sayur-mayur, bawang merah, bawang putih dan lain sebagainya. Ada pula kebutuhan yang bersifat sekunder (hajat) dan ada pula yang bersifat tersier (penyempurna atau kamali), seperti lauk-pauk, buah-buahan, pakaian, peralatan harian, kendaraan, kerajinan lainnya dan bangunan-bangunan. Maka ketika kota meluas dan banyak penduduknya maka harga-harga kebutuhan pokok seperti makanan pokok dan yang semisalnya menjadi murah dan kebutuhan-kebutuhan pelengkap, misalnya lauk-pauk, buah-buahan dan apa yang semakna menjadi mahal. Sedangkan ketika penduduk kota itu sedikit dan pembangunannya lemah maka kenyataannya adalah sebaliknya.

Penyebab hal itu adalah bahwa biji-bijian termasuk dari kebutuhan-kebutuhan makanan bersifat pokok. Maka faktor-faktor yang mendorong untuk mendapatkannya menjadi sempurna, sebab setiap orang tidak akan mengabaikan kebutuhan makanan pokoknya sendiri maupun bagi keluarganya untuk bulan atau tahun tersebut. Akibatnya pengambilannya akan merata pada seluruh atau sebagian besar dari warga kota itu atau warga kota yang dekat darinya. Pasti demikian. Setiap orang yang mengambil makanan pokoknya maka akan mempunyai kelebihan dari dirinya sendiri dan dari anggota keluarganya yang kemudian menjadi suatu kelebihan besar yang dapat menambal kekurangan banyak orang dari warga kota itu. Maka tentu saja makanan pokok dari warga kota itu akan berlebih. Harga-harganya secara umum juga akan murah. Kecuali apabila muncul musibah dari langit pada suatu waktu. Seandainya saja tidak ada orang yang melakukan penimbunan karena khawatir akan munculnya musibah itu niscara makanan pokok tersebut akan diserahterimakan secara Cuma-Cuma dengan tanpa pembayaran dan ganti sama sekali karena banyaknya makanan pokok akibat banyaknya pembangunan.

Sedangkan kebutuhan lainnya, yaitu lauk-pauk, buah-buahan dan lain sebagainya, maka kebutuhan terhadapnya tidak menyeluruh dan pengadaannya tidak menghabiskan pekerjaan-pekerjaan warga kota semuanya atau kebanyakan mereka. Kemudian jika kota itu telah melimpah, terpenuhi pembangunannya dan banyak kebutuhan-kebutuhan kemewahan, maka akan sempurna saat itu faktor-faktor pendorong untuk memenuhi dan memperbanyak kebutuhan-kebutuhan itu. Setiap orang sesuai dengan keadaannya. Akibatnya persediaan menjadi sangat terbatas. Banyak orang yang menawarnya padahal jumlah barangnya sendiri sedikit. Maka warga yang mempunyai keinginan mendapatkannya berebut. Warga yang makmur dan hidup mewah membayar harga-harganya dengan boros, seberapapun mahalnya, sebab kebutuhan-kebutuhan mereka kepadanya lebih banyak daripada selain mereka. Maka saat itu akan harga menjadi mahal sebagaimana anda lihat.

Sedangkan mahalnya keterampilan dan kerajinan serta pekerjaan-pekerjaan di kota-kota yang penuh pembangunannya penyebabnya adalah tiga hal. Pertama, banyaknya kebutuhan untuk tempat kemewahan di kota karena banyaknya pembangunan. Kedua, kesombongan dan perasaan hina diri ahli pekerjaan-pekerjaan itu untuk melayani karena mudahnya mata pencaharian di kota akibat banyaknya tersedia makanan pokok. Ketiga, banyaknya orang-orang mewah dan banyaknya kebutuhan mereka untuk mempekerjakan selain mereka dan para pengrajin dalam pekerjaan itu lebih banyak daripada nilai pekerjaannya karena saling berebut dan bersaing dalam mempekerjakan. Maka akan menjadi mulia para pekerja, para pengrajin dan ahli pekerjaan-pekerjaan, menjadi mahal pekerjaan-pekerjaan mereka dan banyak pembelanjaan warga kota untuk hal itu.

Sedangkan kota-kota kecil dan berpenduduk sedikit makanan pokok mereka sedikit karena sedikitnya pekerjaan dan apa yang bisa mereka harapkan di sana karena kecilnya kota mereka, yaitu tiadanya makanan pokok. Mereka hanya mengandalkan pada apa yang dihasilkan oleh tangan-tangan mereka sendiri lalu menimbunnya. Akibatnya ketersediaan menjadi langka bagi mereka sendiri dan mahal harganya bagi orang yang menawarnya. Sedangkan mengenai fasilitas-fasilitas kebutuhan mereka tidak sampai ke sana karena sedikitnya penduduk dan lemahnya keadaan. Akibatnya pasarnya tidak laku dan menjadi murah harganya.

Terkadang dalam harga makanan-makanan pokok masuk juga beban pembiayaan yang menimpa atasnya, yaitu pajak-pajak, upeti-upeti bagi sultan di pasar-pasar, di pintu-pintu kota dan bagi para pemungut pajak dalam manfaat-manfaat yang ditetapkan mereka atas transaksi-transaksi jual beli sesuai keinginan mereka sendiri. Karena itu maka harga-harga di kota lebih mahal daripada harga-harga di pedalaman. Karena pajak-pajak, tanggungan-tanggungan dan kewajiban-kewajiban di pedalaman hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali, sedangkan hal itu banyak terdapat di kota. Apalalagi pada akhir kerajaan.

Terkadang masuk juga dalam nilai harga makanan pokok-makanan pokok tersebut ongkos pengelolaan pertaniannya dan hal itu mempengaruhi harga-harganya sebagaimana yang terjadi di Andalusia saat ini. Penyebabnya adalah bahwa ektika kaum Nasrani mendesak mereka ke tepi laut dan negeri-negeri yang sulita dijangkau, buruk tanamannya, sulit hidup tumbuhan-tumbuhannya dan kaum Nasrani itu merebut tanah mereka yang subur dan negeri yang baik, maka mereka membutuhkan pengelolaan tanaman dan ladang untuk membuat baik tumbuh-tumbuhan dan pertaniannya. Dan penanganan itu adalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai nilai dan bahan-bahan, yaitu pupuk dan lainnya yang menutut biaya. Dan dalam pertanian mereka muncul belanja-belanja yang memiliki resiko. Akibatnya mereka pun memperhitungkannya dalam harga jual barang. Akibatnya harga-harga di wilayah Andalusia menjadi mahal sejak orang-orang Nasrani memaksa mereka ke wilayah yang ramai dengan agama islam ini beserta pantai-pantainya. Ketika mendengar mahalnya harga-harga di wilayah itu orang-orang mengira bahwa hal itu disebabkan sedikitnya makanan pokok dan biji-bijian di sana. Padahal yang benar bukan demikian, karena sebenarnya mereka adalah warga daerah makmur yang paling banyak pertaniannya sejauh yang kita ketahui dan lebih ahli dalam masalah itu. Amat sedikit pejabat atau rakyat yang tidak berhubungan dengan ladang, sawah atau pertanian kecuali sedikit saja dari ahli kerajinan, jasa pelayanan atau orang-orang asing yang datang di sana, para tentara maupun pejuang. Karena itu sultan mengkhususkan mereka dalam pemberian dengan ‘ulah yaitu makanan pokok-makanan pokok dan ‘ulafat /makanan hewan mereka yang berasal dari tanaman. Penyebab mahalnya harga biji-bijian pada mereka tidak lain adalah apa yang telah kami jelaskan di atas.

Ketika negeri-negeri barbar sebaliknya dari itu dalam masalah berkembangnya tumbuh-tumbuhan dan kebaikan tanah mereka maka secara garis besar ongkos-ongkos dalam bidang pertanian menjadi tidak ada, bersama banyak dan meratanya tumbuh-tumbuhan itu. Akhirnya hal itu menjadi penyebab murahnya makanan pokok –makanan pokok di negeri tersebut.

Allah yang menentukan malam dan siang dan Dia Maha Esa lagi Maha Perkasa. Tiada tuhan selain Dia.

No comments: