1. Apa itu homo sapiens dan kenapa mereka menyebar
source: wikipedia.com |
Dari peta di atas, dapat kita lihat, bahwa manusia awal (homosapiens) dari daratan afrika, menyebar ke seluruh penjuru bumi. Itu diperkirakan terjadi 200 ribu tahun yang lalu.
Kata homo sapiens di sini bisa kita artikan sebagai “Manusia”, bukan hewan. Tapi kata “manusia” di sini tentu berlainan sekali dengan manusia dalam artian sekarang. Setidak-tidaknya dalam hal kebudayaan. Kebudayaan manusia jaman dahulu, belumlah menghasilkan ilmu alam dan ilmu sosial sebagaimana sekarang. Mereka masih sederhana hidupnya, berburu dan meramu. Alat berburunya masih berbahan kayu dan batu belaka. Tapi dalam berburu mereka berkelompok-kelompok. Walaupun bahasa dan organisasi kelompok sudah dikenal, tapi masih amat sederhana, sebagaimana bahasa dan organisasi kelompok berburu yang dimilki hewan karnivora, semisal Semut, Gorilla dan Singa. Semut, Gorilla dan Singa juga berburu dalam kelompok-kelompok dan dipimpin oleh seekor pemimpin, yang bisa wanita bisa pula pria.
Dengan demikian, perbedaan utama antara kelompok berburu hewan dengan manusia adalah, bukanlah pada kemampuan berbahasa atau kemampuan organisasi, melainkan pada alat berburu. Gorilla, singa dan semut, berburu dengan senjata yang tumbuh di tubuhnya. Sementara Manusia berburu dengan senjata yang mereka buat sendiri. Sampai di sini, kita mendapat pandangan umum tentang “manusia” pada 200 ribu tahun yang lalu itu.
Selanjutnya, perlu pula kita pahami apa tujuan penyebaran nenek moyang kita itu? Apa tujuan penyebarannya? rekreasi?
Bukan. Kemungkinan terbesar adalah mereka menyebar karena berburu hewan yang ada di suatu tempat, dan terus mencari ke tempat lain. Itu penyebab utama. Penyebab lain adalah perang antar suku, yang memaksa suku yang terdesak harus mencari tempat lain untuk bertahan hidup. Kedua alasan ini logis dan dibuktikan dengan contoh-contoh jaman modern. Dimana kita masih dapat melihat bagaimana masyarakat di tahun 1500-1800 merantau secara berkelompok dari suatu tempat ke tempat lain adalah soal mencari makan atau menyelamatkan diri. Contoh nyata adalah merantaunya masyarakat eropa ke barat dan ke timur. Perlu dicatat juga fenomena Transmigrasi dan imigrasi di masa modern yang lebih terorganisir.
Dengan demikian, bisalah kita membayangkan alasan umum serupa itu lah yang terjadi pada nenek moyang kita dahulu, yakni alasan keperluan hidup. Hanya saja alasan khusus dan caranya yang berbeda, sebab perbedaan zaman dan kemajuan.
Sejauh ini kita sudah bisa membayangkan, manusia 200 ribu tahun yang lalu itu seperti apa dan mereka menyebar karena apa. Selanjutnya kita coba memahami, kemana saja mereka menyebar, dan apa saja akibatnya.
2. Akibat Penyebaran : Kemajuan Peradaban
Berdasarkan peta di atas, kita dapat membayangkan kisah perjalanan nenek moyang kita.
200 ribu tahun lalu, nenek moyang kita menyebar ke mana-mana. Mereka yang menetap di barat afrika, membentuk suku-suku primitive yang hidup di gurun-gurun dan sekitar afrika. Sementara mereka yang di timur yang lebih subur, kelak membentuk kerajaan-kerajaan kuno seperti mesir dan asyria. Perhatikan perbedaannya. Sebelah timur lebih dulu mencetak kerajaan-kerajaan termasyhur, sementara sebelah barat menyusul.
100 ribu tahun yang lalu, mereka mencapai timur tengah dan eropa timur. Sebagian ke semenanjung arab, sebagian di utara semenanjung tersebut. Kita ketahui, bahwa di semenanjung arab, terdapat suku2 primitiv pula macam badui. Sementara di kisaran utaranya, kelak kerajaan-kerajaan termashur lebih dulu didirikan daripada di barat atau di timurnya. Seperti kerajaan sulaiman dan kerajaan babilonia.
40 ribu tahun yang lalu, nenek moyang kita mencapai Eropa barat. Tidak ada kerajaan kuno di eropa barat. Mereka adalah suku primitiv, yang tinggal di hutan-hutan. Sampai kerajaan-kerajaan kuno menyentuh mereka dengan peradaban, melalui perantara yunani. Ingat, merantaunya bangsa afrika kuno ke eropa barat lebih lambat 30 ribu tahun daripada mereka yang ke asia tengah dan asia timur.
Orang Afrika Kuno mencapai asia tengah dan timur 70 ribu tahun yang lalu. Ini lah sebab lebih dulu ada kerajaan-kerajaan di asia daripada di eropa. Kerajaan india kuno dan kerajaan cina kuno, telah termasyhur sebelum berdirinya romawi. Bahkan, menurut studi sarjana barat, peradaban yunani dan romawi tidak hanya berasal dari timur tengah saja, melainkan dari asia tengah pula, yakni india. Dewa-dewi yunani dan romawi sangat mirip dengan dewa-dewi india.
Pengaruh peradaban asia terhadap Yunani dan romawi dapat dilihat pada chart tentang "Asal-usul dan Pengaruh Filsafat Muslim" yang juga memuat pengaruh filsafat asia terhadap filsafat yunani dan romawi tersebut.
Pengaruh peradaban asia terhadap Yunani dan romawi dapat dilihat pada chart tentang "Asal-usul dan Pengaruh Filsafat Muslim" yang juga memuat pengaruh filsafat asia terhadap filsafat yunani dan romawi tersebut.
25 ribu tahun yang lalu, manusia pertama itu sampai ke kutub utara. Kita kelak mengenal mereka dengan nama bangsa eskimo. Tentu saja tidak ada kerajaan besar di utara ini, sebab iklim yang ekstrim.
15 ribu tahun yang lalu, baru lah mereka mencapai ke benua amerika, yang mana kemudian membentuk orang-orang indian.
Dari asia tengah nenek moyang kita menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 ribu tahun untuk mencapai benua Australia. Ini membentuk bangsa aborigin. Selama 20 ribu tahun ini, berbagai bangsa terbentuk di sepanjang lintasan antara asia tengah dengan Australia (lihat peta).
Jadi bisa dikatakan, nenek moyang Indonesia awal, datang antara 70 ribu sampai 50 ribu tahun yang lalu. Tentu saja, nenek moyang kita bukan lagi homo sapiens. Bayangkan, periode antara 200 ribu tahun di dataran afrika yang panas pergi merantau selama 100 ribu tahun ke pegunungan utara yang lebih dingin, dan ke pesisir timur yang lebih hangat. Secara fisik dan batin tentu menghasilkan bangsa yang berbeda. Warna kulit, model rambut, gaya bicara, bahasa, temperamen, teknologi dan sebagainya. Pendek kata, jelaslah berbeda. Tapi secara umum, dapat kita katakan, bahwa kaum perantau yang terisolir akan lebih lambat mengalami perubahan daripada kaum perantau yang bercampur baur dengan sesamanya.
Jadi bisa dikatakan, nenek moyang Indonesia awal, datang antara 70 ribu sampai 50 ribu tahun yang lalu. Tentu saja, nenek moyang kita bukan lagi homo sapiens. Bayangkan, periode antara 200 ribu tahun di dataran afrika yang panas pergi merantau selama 100 ribu tahun ke pegunungan utara yang lebih dingin, dan ke pesisir timur yang lebih hangat. Secara fisik dan batin tentu menghasilkan bangsa yang berbeda. Warna kulit, model rambut, gaya bicara, bahasa, temperamen, teknologi dan sebagainya. Pendek kata, jelaslah berbeda. Tapi secara umum, dapat kita katakan, bahwa kaum perantau yang terisolir akan lebih lambat mengalami perubahan daripada kaum perantau yang bercampur baur dengan sesamanya.
3. Akibat penyebaran : Perbedaan Warna Kulit
Berdasarkan warna kulit, peta pesebaran manusia saat ini adalah sebagaimana di bawah ini:
Wikipedia.com |
Dari peta pesebaran warna kulit di atas. Dapat kita lihat, bahwa bangsa berkulit cokelat gelap (24-26, 27-29, dan 30 +) terutama menghuni tengah afrika, tengah india, selatan arab dan australia serta papua. Ini adalah bangsa yang mula-mula. Adapun yang berkulit cokelat cerah (21-23), yakni bangsa di pedalaman Kalimantan, di semenanjung china, di utara india, di tengah arab, di barat dan pedalaman amerika, dan di utara serta selatan afrika.
Bila kita asumsikan bangsa yang terisolasi lebih lambat perubahan fisiknya dibanding yang tidak terisolasi, maka perbedaan warna kulit ini menunjukkan perbedaan usia bangsa mereka. Dan bila kita asumsikan, bahwa kulit bangsa afrika awal adalah berwarna gelap, maka semakin gelap, semakin tua lah usia bangsanya.
Dengan kedua asumsi tersebut, kita bisa perkirakan, bangsa berkulit cokelat hitam (30 +) tidak memilki perubahan kulit selama 150 ribu tahun masa perantauannya dari afrika ke australia.
Ini tampaknya mustahil. Sebab, buktinya selama itu, ada warna-warna lain tercecer sepanjang afrika sampai Australia, mengapa hanya di Australia yang bertahan?. Tapi sebenarnya mungkin saja. Sebab warna-warna tidak terbentuk secara bertahap berdasarkan cuaca. Melainkan terbentuk setelah bangsa-bangsa afrika itu telah menjadi pribumi-pribumi yang kawin-mawin di berbagai dunia dalam waktu yang lama.
Mari kita lihat peta di atas, yakni pada benua afrika dan eropa.
Pribumi yang berada di tempat panas (equator), tetaplah cokelat hitam. Sementara pribumi yang berada di bagian utara (eropa) yang lebih dingin menjadi cokelat pucat, seperti orang yang jarang terkena cahaya mentari. Pertemuan antara dua warna kulit ini, menghasilkan warna baru yang tentunya berwarna cokelat yang lebih muda. Berarti setelah percampuran itu, ada tiga warna. Tiga warna ini saling bercampur lagi satu sama lain, menghasilkan warna-warna yang lain sebagaimana yang kita lihat pada warna-warna pada peta di atas.
Coba perhatikan warna kulit tersebut apabila kita perbandingkan secara berlapis.
Illustration |
Tampak sekali bahwa pertemuan antara warna yang lebih cerah di atas dengan warna yang lebih gelap di bawah, menghasilkan variasi warna di antara mereka.
Melihat tibanya homosapiens di eropa pada 40 ribu tahun yang lalu, berarti pemucatan warna kulit eropa dimulai sekitar itu pula. Tidak kurang dari itu, sebab keberadaan homosapiens di Australia 50 ribu tahun yang lalu, tidak menunjukkan perubahan warna yang signifikan, yakni sekitar coklat hitam dan coklat tua sebagaimana sekarang.
4. Akibat penyebaran : Kepunahan bangsa berkulit gelap di benua asia dan amerika
Kenapa di benua asia (termasuk nusantara) dan amerika bangsa berkulit gelap seakan tak pernah ada?
Sedikitnya sisa homosapiens benua asia, mungkin terjadi karena dua hal, yakni :
1. Terjadi suatu musibah besar, sehingga homosapiens tersebut punah. Dan itu tampaknya terjadi antara 200 ribu – 50 ribu tahun yang lalu. Tidak lebih dari 50 ribu tahun yang lalu, sebab Australia adalah perjalanan terjauh homosapiens tersebut tanpa menghilangkan warna kulitnya.
2. Mereka tidak punah karena bencana alam, tapi karena secara berangsur-angsur kalah bersaing dengan peradaban yang lebih maju. Itu berarti, sebagian terbantai, sebagian kawin-mawin dengan bangsa yang lebih maju dan kehilangan identitas warna kulitnya. Skema ini bisa terjadi, sebab asia merupakan tempat yang lebih tidak terisolir dibandingkan Australia. Asia merupakan pertemuan antara manusia awal timur tengah yang memerah, manusia awal kaukasia yang lebih cerah, dan homosapiens yang memilih menetap di asia.
Diantara kedua kemungkinan tersebut, kemungkinan nomor dua tampaknya lebih primer. Sebab menurut pengalaman kita, bencana alam tidak pernah menghabiskan suatu bangsa lebih banyak daripada peperangan atau perkawinan silang.
Adapun di antara peperangan dan perkawinan, maka perkawinan lebih banyak, sebab lagi-lagi menurut pengalaman kita, masa damai jauh lebih panjang daripada masa perang. Jika saja masa perang lebih panjang, tentulah kelompok-kelompok manusia tidak sempat bertumbuh sebanyak sekarang ini.
Sumber: Dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment