Monday, April 30, 2012

Notes From Underground: Kritik Fyodor Dostoevsky atas Konsep “Kebenaran yang Otoriter”


Buku Notes From Underground versi Bahasa Indonesia

Fyodor Dostoevsky mengkritik prinsip mendasar dari konsep Kebenaran yang Otoriter. Dan oleh karena itu, merupakan kritik yang sangat radikal. Coba perhatikan kritik-kritiknya berikut:

“Now I ask you: what can be expected of man since he is a being endowed with strange qualities? Shower upon him every earthly blessing, drown him in a sea of happiness, so that nothing but bubbles of bliss can be seen on the surface; give him economic prosperity, such that he should have nothing else to do but sleep, eat cakes and busy himself with the continuation of his species, and even then out of sheer ingratitude, sheer spite, man would play you some nasty trick.


He would even risk his cakes and would deliberately desire the most fatal rubbish, the most uneconomical absurdity, simply to introduce into all this positive good sense his fatal fantastic element. It is just his fantastic dreams, his vulgar folly that he will desire to retain, simply in order to prove to himself—as though that were so necessary— that men still are men and not the keys of a piano, which the laws of nature threaten to control so completely that soon one will be able to desire nothing but by the calendar.

And that is not all: even if man really were nothing but a piano-key, even if this were proved to him by natural science and mathematics, even then he would not become reasonable, but would purposely do something perverse out of simple ingratitude, simply to gain his point.

And if he does not find means he will contrive destruction and chaos, will contrive sufferings of all sorts, only to gain his point! He will launch a curse upon the world, and as only man can curse (it is his privilege, the primary distinction between him and other animals), may be by his curse alone he will attain his object—that is, convince himself that he is a man and not a piano-key! If you say that all this, too, can be calculated and tabulated—chaos and darkness and curses, so that the mere possibility of calculating it all beforehand would stop it all, and reason would reassert itself, then man would purposely go mad in order to be rid of reason and gain his point! I believe in it, I answer for it, for the whole work of man really seems to consist in nothing but proving to himself every minute that he is a man and not a piano-key! It may be at the cost of his skin, it may be by cannibalism! And this being so, can one help being tempted to rejoice that it has not yet come off, and that desire still depends on something we don’t know? You will scream at me (that is, if you condescend to do so) that no one is touching my free will, that all they are concerned with is that my will should of itself, of its own free will, coincide with my own normal interests, with the laws of nature and arithmetic.

Good heavens, gentlemen, what sort of free will is left when we come to tabulation and arithmetic, when it will all be a case of twice two make four? Twice two makes four without my will. As if free will meant that!” (Dostoevsky F, Notes from underground, Ch. VIII)

Pendek kata kritikannya tersebut menyatakan, “Beri segala sesuatu yang menurut anda baik bagi seorang manusia, kehidupan dan cara hidup yang paling baik menurut anda, dan manusia tersebut tetap berhak menolak pilihan anda tersebut dan berhak memilih yang lain atau tidak memilih sama sekali”.

Jelas kritikan tersebut menjunjung tinggi kehendak bebas (freewill) hingga ke tingkat yang paling ekstrem.

Ia seakan-akan mengajak setiap orang untuk sadar, bahwa mereka punya hak memilih, berbuat apapun, baik atau buruk, bagi dirinya sendiri atau bagi masyarakat. Seakan-akan Fyodor Dostoevsky mengkritik sikap politik yang otoriter dan menganjurkan sikap politik yang anarkis.

Tapi sepertinya Fyodor Dostoevsky tidak berbicara pada tataran politis, namun lebih pada tataran filosofis. Jadi bukan soal pemerintah yang otoriter atau rakyat yang anarkis, tapi Ia tampaknya lebih mengkritik adanya suatu “kebenaran mutlak” yang tidak boleh ditolak oleh lain orang di lain waktu atau lain tempat. Dengan demikian ia mengkritik konsep “kebenaran yang otoriter”. 

Marilah kita memisalkan (tesis pertama) bahwa terdapat suatu kebenaran mutlak yang sungguh-sungguh logis dan bermanfaat bagi manusia sehingga manusia manapun tidak mungkin punya alasan untuk menolaknya. (ini yang saya maksud sebagai “konsep kebenaran yang otoriter”).

Marilah juga kita memisalkan (tesis kedua) bahwa setiap orang memiliki kehendak bebas (free will), sehingga ia memiliki kemungkinan untuk menolak apapun yang diberikan kepadanya.

Sehingga ketika dua tesis tersebut disintesis, maka yang kita dapatkan adalah kesimpulan sebagai berikut:

Terdapat suatu kebenaran mutlak yang tidak mungkin ditolak oleh manusia tapi ia memiliki kemungkinan atau hak untuk menolaknya.

Menurut Fyodor Dostoevsky, kehendak bebas (free will) adalah sesuatu yang hakiki. Ia bukanlah suatu kebenaran teoritis, melainkan kenyataan. Manusia benar-benar memiliki kemungkinan untuk memilih hal lain dari hal-hal yang ada. Dengan demikian permisalan tentang kehendak bebas itu, adalah permisalan yang benar.

“Kebenaran mutlak yang logis dan bermanfaat sehingga manusia tidak memiliki alasan untuk menolaknya” adalah sesuatu yang mungkin saja ada. Fyodor Dostoevsky juga tidak menolak kemungkinan adanya kebenaran seperti itu.

Perhatikan kalimatnya :

even if man really were nothing but a piano-key, even if this were proved to him by natural science and mathematics, even then he would not become reasonable, but would purposely do something perverse out of simple ingratitude, simply to gain his point.
  
Jelas Dostoevsky tidak menolak kebenaran “mutlak”, tapi ia menolak kebenaran yang “otoriter”, yakni kebenaran yang tidak mempertimbangkan kehendak bebas manusia.

Mari kita perhatikan sekali lagi kesimpulan tadi :

Terdapat suatu kebenaran mutlak yang tidak mungkin ditolak oleh manusia tapi manusia selalu memiliki kemungkinan atau hak untuk menolaknya.

Kesimpulan tersebut benar-benar mengakomodasi keduanya, kebenaran mutlak dan kehendak bebas.

Dengan demikian, kesimpulan tersebut menggambarkan suatu pernyataan yang belum selesai. Masih ada pertanyaan, “Jika tidak ada kebenaran mutlak, lantas harus bagaimana?”, “apakah semua kebenaran mutlak harus dimusyawarahkan?”, “apakah hasil kesepakatan tersebut masih harus dimusyawarahkan?”,”apakah semua orang harus setuju?”, “apakah ada suatu kebenaran yang mengantisipasi kemungkinan untuk menolaknya?”.

Para perumus kebenaran dan pendakwahnya, para agitator dan propagandis, para ideolog dan revolusioner, tentu sangat tidak menyukai kritik radikal dari Fyodor Dostoevsky ini. Mereka bisa membenci kritiknya, tapi mereka masih memiliki kemungkinan untuk menikmati karyanya, notes from underground

1 comment:

Anonymous said...

Some really interesting points you have written. Aided me a lot, just what I was looking for : D.